Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Berkat kegigihannya, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.
Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini".
Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga seorang tokoh Politik Etis yakni Van Deventer.
Surat yang ditulis R.A Kartini dibuat buku
Setelah wafatnya R.A Kartini, temannya yang berasal dari Belanda, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa.
Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang memiliki arti harfiah "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".
Buku yang merupakan kumpulan surat Kartini tersebut diterbitkan pada 1911.
Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, kemudian pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat yang ditulis oleh R.A Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan buku itu dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran.
Kemudian tahun 1938, keluarlah buku Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru.
Baca: Yuni Shara Ajak Perempuan Indonesia Rayakan Hari Kartini dengan Berbagi Kasih, Begini Caranya
Baca: 50 Tokoh Kolaborasi di Lagu Semua Kan Berlalu, Ini Pesan dari 2 Pengusaha Nasional
Penetapan Hari Kartini
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964.
Dalam Kepres tersebut R.A Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Selain itu, hari lahir Kartini pada 21 April ditetapkan untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
(Tribunnews.com/Yurika Nendri)