"Praktek perbudakan modern di atas kapal penangkapan ikan menjadi praktek yang sering kali terjadi untuk menekan biaya produksi," ujar Susan dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Jumat (8/4/2020).
Baca: Cerita ABK Indonesia Dipaksa Buang Mayat Teman-temannya ke Laut oleh Kapten Kapal China
Baca: Akan Segera Pulang ke Indonesia, Kisah ABK di Kapal China, Tidur 3 Jam Hingga Makan Umpan Ikan
Bahkan, menurut Susan, para ABK pun kerap dipekerjakan secara tidak manusiawi.
"Mayoritas kasus yang ada, situasi dan kondisi kerja para ABK Kapal sangat tidak manusiawi."
"Baik itu dari jam kerja berlebih (lebih dari 18 jam sehari), fasilitas makanan dan minuman yang buruk."
"Sistem sanitasi dan kesehatan yang tidak memadai, kekerasan fisik, dan lain sebagainya," tambah Susan.
Susan juga menilai praktek perbudakan modern yang terjadi itu biasanya dibarengi dengan kegiatan ilegal lainnya.
"Seperti penangkapan ikan secara ilegal (IUU Fishing) dan praktek perdagangan manusia," jelasnya.
Selain itu, Susan mengatakan, banyak ABK yang kerap kali 'tertipu' saat bekerja di kapal.
"Tidak sedikit kasus dimana banyak ABK Kapal yang ‘ditipu’ untuk bekerja menjadi ABK kapal di industri kapal penangkapan ikan tanpa adanya kontrak kerja yang jelas dan gaji yang layak," tandasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)