TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Riset dan Inovasi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengapresiasi inisiatif Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengkolaborasikan para ilmuwan yang berasal kampus, BUMN dan pihak swasta untuk menghasilkan alat medis Covid-19 buatan lokal.
Inisiatif ini mengkolaborasi para pakar dari ITB dan Universitas Padjajaran (Unpad) untuk menghasilkan rapid tes dan PCR buatan lokal murah dan akurat.
Bambang menyatakan, upaya penanganan wabah dengan riset maupun inovasi penting dilakukan Indonesia. Hal tersebut, menurut Bambang, akan memperkuat posisi negeri ini selama dan pasca pandemi.
“Semakin banyak inovasi buat Indonesia semakin baik. Langkah [RK] itu patut didukung,” ujar Bambang.
Mewakili Pemerintah Pusat Bambang menyatakan memberikan apresiasi langkah berbagai pihak di dalam negeri yang bekerja keras untuk menghasilkan alat screening dan diagnosa.
Baca: Iuran BPJS Kesehatan Kok Naik Lagi? Pengusaha Mengaku Berat, Apalagi Masyarakat. . .
Bambang menyatakan, saat ini BPPT juga tengah menghasilkan alat rapid tes dan PCR yang rencananya akan diproduksi mulai Mei mendatang.
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto menyatakan sejauh ini pihaknya memang belum mengetahui detil hasil riset dan inovasi yang dilakukan Pemprov Jawa Barat.
Baca: Dijual di Tokopedia Rp 1,89 Miliar, Ini Spesifikasi Lengkap All New BMW X6
Namun Yurianto menilai inovasi dari kalangan kampus dan BUMN merupakan hal positif mengingat hingga sampai produksi para pihak mesti menempuh waktu yang panjang.
Yurianto menyatakan, apa yang dilakukan Biofarma dan sejumlah kampus misalnya untuk membuat rapid tes saja membutuhkan waktu 1,5 bulan setelah mengalami beberapa kali uji klinis dan sebagainya. Setelah berhasil baru kemudian mendapatkan izin untuk produksi.
Baca: Selama Pandemi Corona, Waktu Tunggu di Rest Area Tol Maksimal Dibatasi Hanya 30 Menit
“Setidaknya tetap harus memerlukan uji keandalan kesehatan, itu masih membutuhkan waktu,” jelas Yurianto.
Sebelumnya Ridwan Kamil meyebutkan, kolaborasi para peneliti Unpad dan ITB berhasil memproduksi dua jenis alat tes di luar PCR dan Rapid Tes.
“Yang pertama Rapid Test 2.0 kecepatannya sama seperti rapid tes tapi akurasinya 80%,” kata Ridwan Kamil di Bandung, Kamis (14/5/2020).
Dia mengatakan, alat ini juga berbeda dengan rapid test normal dimana tak menggunakan tes daerah namun swab test.
Dibandingkan dengan rapid test lain yang hanya mengetes benda asing di dalam antibody dan tidak spesifik ke virus. “Yang 2.0 ini menggunakan antigen, virusnya ketemu,” ujar Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil juga mengatakan alat ini rencananya akan diproduksi pada Juni mendatang sebanyak 5 ribu tes kit dan diproduksi Biotek di Jawa Barat. Selanjutnya 50.000 produksi akan dilakukan pada Juli.
“Harganya lebih murah, maksimal Rp120.000-an, yang dulu Rp300.000,” jelasnya.
Penelitian Unpad dan ITB juga menghasilkan alat tes PCR baru yang tidak memerlukan pemeriksaan di laboratorium. Melainkan cukup di laptop dan power suplai seperti aki motor yang bisa menghasilkan delapan sampel.
Baca: Waspadai Titik Rawan Macet di Jalan Tol Menjelang dan Pasca Lebaran, Ini Rinciannya
“Bisa dibawa mobil, bisa mengetes di pasar, tempat pariwisata, dimanapun. Akurasinya sama seperti PCR, harganya Rp200 juta,” bebernya.
Menurut Kang Emil, dua alat yang bisa berkontribusi penting dalam penanganan Covid-19 ini merupakan sumbangsih para ilmuwan yang melakukan bela negara melalui keilmuannya.
Baca: Pasar Otomotif Masih Lesu, Toyota Perpanjang Penghentian Aktivitas Pabrik Hingga Juni
“Inilah sumbangsih dari para ilmuwan yang bela negara melalui ilmunya.ada yang bela negara melalui perang covid melalui garis depan, itu dokter tenaga kesehatan ada yangbela negara dengan hartanya, ada yang dengan ilmunya. Saya mengapresiasi dan berterima kasih,” ujar Kang Emil.
“Jabar bisa mengejar target 300 ribu dengan alat PCR sendiri [buatan] Biofarma, dengan rapid test 2.0, SPR buatan Unpad, ITB dengan ventilator PT DI dan Pindad. Menunjukan bangsa kita bisa memproduksi alat bioteknologi sendiri,” kata dia.