News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

SBMPN Dibuka, Pilih Prodi Sesuai Minat dan Bakat Agar Tak Menyesal di Kemudian Hari

Penulis: Yulis Sulistyawan
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi mahasiswa politeknik

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pembinaan SMK M. Bakrun Dahlan sependapat dengan perlunya mendekatkan diri dengan dunia usaha dan industri. Dengan begitu kata dia, antara kedua belah pihak bisa saling mengenal dan tahu apa yang dibutuhkan.

“Pertama kita harus tahu kompetensi apa yang diperlukan dunia usaha dan industri. Untuk tahu itu kita harus dekat dengan mereka. Jika kita sudah mendapat jawabannya baru kita kembangkan kurikulumnya. Saat ini kita terus optimalkan link and match antara vokasi dengan dudi,” jelas M. Bakrun.

Sejalan dengan konsep yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tentang ‘pernikahan massal’ antara vokasi dengan dudi, Wikan kembali menjabarkan hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempercepat implementasi konsep tersebut.

Pertama sepakati tujuan, apa yang ingin diciptakan dan ramu mekanismenya bersama-sama. Kedua, undang tenaga ahli untuk mengajar dalam kerangka kurikulum yang telah disepakati.

Ketiga, susun program magang di dudi yang konsepnya di desain bersama-sama, evaluasi prosesnya dan terus perbaiki.

Keempat, beri legalitas kepada peserta yang telah selesai magang berupa sertifikat kompetensi yang disahkan oleh perguruan tinggi dan industri.

“Akan sangat baik jika lulusan magang bisa menghasilkan prototype yang real berbasis masalah yang ditemukan di dudi,“ imbuh Wikan.

Kelima, dunia usaha dan industri bisa berkontribusi kepada mahasiswa vokasi dengan pemberian beasiswa, ikatan, dinas, maupun sumbangan alat praktek. Alat-alat praktek yang bagus dapat menunjang pembelajaran.

“Wajar bagi industri memiliki alat-alat canggih sesuai perkembangan teknologi karena ia berhubungan langsung dengan pasar professional yang mengedepankan tuntutan kualitas produk barang maupun jasanya. Akan sama baiknya jika mahasiswa memiliki alat peraga yang relevan untuk mendukung proses pembelajarannya,” jelas Wikan.

Keenam, libatkan mahasiswa dalam membuat produk inovasi dosen maupun perguruan tinggi, kemudian buat patennya dan produksi secara massal agar lebih berdaya guna bagi masyarakat luas. Ini yang disebut teaching industry.

“Bisa dibayangkan, pernikahan massal ini harus terjadi secara simultan dan tidak berhenti untuk improving,” kata Wikan.

Menambahkan penjelasan Dirjen Vokasi, Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Agus Indarjo menyampaikan perlunya sosialisasi dan publikasi yang lebih masif untuk mengenalkan hasil dari berbagai praktik baik dari konsep ‘pernikahan massal’ ini.

Hal ini bertujuan agar menginspirasi banyak orang untuk tidak hanya berminat dengan pendidikan vokasi namun juga bersemangat untuk berkreasi di dunia vokasi.

“Saat ini promo publikasi sangat minim padahal banyak praktik/program baik yang jarang terekspos. Oleh karena itu kita dorong agar vokasi ditingkatkan mutunya dan jumlah peminatnya. Ini adalah langkah penting dan momentum bagi calon mahasiswa dalam menentukan visinya sebelum mengisi dunia kerja,” pungkas Agus. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini