TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam beberapa hari terakhir, Anda mungkin menjadi salah satu warga yang mengeluhkan panas dan gerah.
Terkait keluhan itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) menjelaskan bahwa udara yang terasa panas dan gerah adalah fenomena biasa di musim kemarau.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Drs Herizal MSi, mengatakan suasana gerah secara meteorologis disebabkan oleh suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi.
"Fenomena udara gerah sebenarnya adalah fenomena biasa pada saat memasuki musim kemarau," kata Herizal dalam keterangan tertulisnya.
Menurut dia, kelembapan udara yang tinggi menyatakan jumlah uap air yang terkandung pada udara.
Semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap udara tersebut.
"Apabila suhu meningkat akibat pemanasan matahari langsung karena berkurangnya tutupan awan, suasana akan lebih terasa gerah," ujar dia.
Selain itu, udara yang panas dan gerah juga lebih terasa bila hari menjelang hujan.
Sebab, udara lembap melepas panas laten dan panas sensibel yang menambah panasnya udara akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari.
Catatan suhu udara
Berdasarkan laporan pencatatan meteorologis suhu maksimum udara yang biasanya terjadi pada siang atau tengah hari di Indonesia dalam lima hari terakhir ini berada dalam kisaran antara 34 hingga 35 derajat celcius.
Berikut daftar wilayah dan suhu maksimum yang tercatat selama lima hari di Indonesia.
- Sentani, Papua tercatat suhu udara mencapai maksimum lebih dari 36 derajat celsius
- Soekarno Hatta, Jakarta mencapai suhu udara tertinggi 35 derajat celsius