News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Legislator PDIP Minta Pemerintah Daerah Tak Asal Terapkan New Normal

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga bersepeda melintasi jalur sepeda yang telah dibuat oleh Pemprov DKI Jakarta di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Minggu (14/6/2020). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga sekarang masih meniadakan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) saat akhir pekan di Jakarta. Namun, Pemprov DKI menyiapkan satu jalur khusus untuk sepeda di sepanjang Jalan Sudirman-MH Thamrin di Jakarta Pusat yang mulai dibuka pada Minggu ini. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah menerapkan kenormalan baru atau new normal di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.

Langkah itu mendapat sorotan dari sejumlah pihak lantaran kasus penyebaran Covid-19 masih cukup tinggi di Indonesia.

Baca: Pertambahan Kasus Corona Masih Tinggi, RS Khusus Covid-19 Perlu Ditambah

"Meski telah diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah kurang berhasil. Kasus Covid-19 masih cukup tinggi, masih fluktuatif," kata anggota Komisi I DPR RI Fraksi PDI Perjuangan TB Hasanuddin kepada wartawan, Senin (15/6/2020).

Data yang diperoleh dari Tim Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, jumlah kasus positif di Indonesia hingga Minggu (13/6) mencapai 38.227 kasus.

Dari jumlah tersebut, pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 14.531 orang dan 2.134 orang lainnya meninggal dunia.

Sementara itu, jumlah pasien terkonfirmasi positif Civid-19 juga menembus rekor tertinggi dalam sehari yakni 1.241 pada Rabu (10/6/2020).

"Sudah tembus 4 digit. Menang atau kalahnya sebuah peperangan tergantung fokus dan waspadanya para prajurit. Mari konsisten disiplin, terapkan protokol kesehatan. Jangan sampai lalai," kata Hasanuddin.

Menurut Hasanuddin, satu di antara penyebab tidak berhasilnya PSBB adalah karena ketidakdisiplinan warga.

Saat ini, pemerintah mulai mengeluarkan aturan New Normal yang diikuti dengan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) tapi juga tak ditaati masyarakat.

"Masyarakat tak mengindahkan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah seperti menggunakan masker bila beraktifitas di luar rumah, rajin cuci tangan dan jaga jarak. Akibatnya, terjadi lagi lonjakan kasus dan munculnya klaster-klaster baru," ujarnya.

Ia mengatakan, pemerintah saat ini berada di posisi yang dilematis lantaran mau memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) namun tidak mengetahui kapan waktu berakhirnya penyebaran Corona.

Di sisi lain, pemerintah juga tidak mau sektor ekonomi semakin merosot akibat dari penerapan PSBB.

Jalan tengahnya, kata dia, pemerintah mengambil keputusan pelonggaran PSBB dan memberlakukan New Normal pada beberapa sektor.

Baca: Jokowi Jogging Bareng 3 Kepala Staf dan Beri Pesan kepada TNI: Terus Disiplinkan Masyarakat

"PSBB dilanjutkan dengan melonggarkan aktivitas ekonomi secara bertahap, dan wajib diikuti dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat," ujarnya.

Meski demikian, Hasanuddin meminta agar pemerintah, terutamanya pemerintah daerah jangan sembarangan menentukan daerahnya beralih dari status PSBB menjadi New Normal.

"Jangan hanya mengejar keselamatan ekonomi tapi utamakan juga keselamatan rakyat," ucapnya.

Selain itu, Hasanuddin menyoroti soal pengawasan dan penindakan hukum yang harus diberlakukan dengan ketat dan terarah diawali dengan sosialisasi masif.

Tujuannya, agar masyarakat memahami maksud dan tujuan dari new normal.

"Awasi semua sarana dan pelayanan publik dengan ketat terutama transportasi publik, restoran, pusat perbelanjaan, serta ruang publik lainnya. Mari kita pahami benar apa itu new normal, laksanakan prosedur dan protokol kesehatan dengan disiplin tinggi demi keselamatan nyawa kita," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini