TRIBUNNEWS.COM - Penyidik senior KPK, Novel Baswedan menghendaki kedua terdakwa kasus penyerangannya agar dilepaskan saja.
Novel beralasan karena bukti yang tidak jelas hingga prosesnya semakin bias.
Dalam Mata Najwa bertajuk 'Novel Tak Berujung' pada Rabu (17/6/2020), Novel terlebih dulu menjelaskan sejumlah keganjilan yang dia rasakan selama proses persidangan.
Ditanya tanggapannya tentang keputusan Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut 1 tahun penjara bagi dua terdakwa, Novel merasa itu keterlaluan.
Baca: Rekam Jejak Fredrik Adhar, Jaksa yang Tangani Kasus Novel Baswedan, Punya Harta Rp 5,8 Miliar
Baca: Seperti Kasus Novel Baswedan, Wanita Iran Disiram Air Keras, Pelaku Harusnya Dihukum Tapi Dimaafkan
Kendati demikian dia tidak kaget juga dengan keputusan itu.
Lantaran sepanjang persidangan berlangsung, Novel menilai banyak kejanggalan yang tidak wajar.
"Seperti di antaranya adalah saksi kunci yang harusnya perlu untuk didengar keterangannya tidak dihadirkan."
"Bahkan memang alasannya jaksa adalah tidak masuk berkas perkara, walaupun seharusnya bisa untuk di panggil tanpa masuk berkas perkara," jelas Novel.
"Begitu juga ketika di persidangan saya melihat bukti-bukti, ada beberapa yang tidak ada, bahkan ada yang berubah," tambahnya.
Melihat berbagai keganjilan ini, Novel menanggalkan harapannya kepada proses pengadilan atas kekerasan yang dialaminya itu.
"Benar, saya mengikuti sejak pertama kali proses penyidikan, di tetapkan dua tersangka yang saat ini adalah terdakwa," katanya.
"Saya sempat bertanya kepada penyidik apa yang menjadikan keyakinan penyidik sehingga dua orang ini diyakini pelakunya," sambung Novel saat ditanya sejak kapan keanehan dia rasakan.
"Kaitan dengan bukti seperti apa, tidak ada yang bisa menjelaskan," sambungnya.
Baca: Komisi Kejaksaan Beri Tanggapan Terkait Kasus Novel Baswedan: Tuntutan Bisa Melihat Aspek Keadilan
Baca: Ikut Lakukan Investigasi Kasus Novel, Haris Azhar Paparkan Fakta yang Tidak Ada di Persidangan
Selain itu dakwaan membuat kondisi seolah-olah yang disiramkan kepadanya bukan air keras, melainkan air aki.
"Kemudian ketika mendengarkan dakwaan yang dibacakan, dakwaannya membuat seolah-olah airnya air aki, seolah-olah hanya dilakukan oleh dua orang, seolah-olah luka pada saya adalah luka yang bukan luka serius."
"Dari hal begitu saya melihat loh kok sudah seperti itu kesimpulan yang dibuat."
Menurutnya penyidik harus melihat dua kemungkinan alasan terdakwa menyerahkan diri.
"Apakah dia datang itu karena keinsafan mengakui perbuatan atau memang dia disuruh oleh seseorang untuk mengakui, pasang badan, menutupi peran orang lain dengan sejumlah imbalan."
"Kan dua itu bisa, harus dipikirkan kritis," ujar Novel.
Ditanya tentang keyakinannya bahwa kedua terdakwa saat ini hanyalah joki, Novel beranggapan demikian karena sejumlah bukti yang tidak jelas.
"Seharusnya saya harus berpikir positif ya, tapi melihat bukti-bukti semakin tidak jelas, semakin prosesnya kemudian biasnya terlalu jauh, apalagi jaksa menuntut 1 tahun."
"Semakin saya kira, udah deh kalau jaksa nggak yakin kalau buktinya enggak ada daripada nanti orang dipaksa-paksakan dengan bukti mengada-ngada, lebih bagus dilepas," kata Novel.
Baca: Bintang Emon Diserang karena Kritisi Kasus Novel, Pegiat Medsos Temukan Ada 3 Akun Gaya Robot
Baca: Haris Azhar Beberkan Sejumlah Fakta yang Tak Ada di Persidangan Kasus Novel Baswedan
Menurutnya bila terdakwa hanya sosok yang dihukum karena suatu paksaan, itu akan menyebabkan penyimpangan yang lebih jauh.
"Daripada orang yang kemudian dipaksakan, dikondisikan faktanya seolah-olah seperti itu terus dihukum, justru malah penyimpangan yang terlalu jauh nanti," tegasnya.
Selain itu Novel juga bercerita tentang saksi kunci yang tidak dihadirkan dalam persidangan.
Saksi tersebut mengetahui ada seseorang yang mengintai rumah Novel, berinteraksi, dan bahkan sempat difoto.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)