News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pasukan TNI untuk PBB Gugur di Kongo

Satu Anggota TNI Pasukan Perdamaian PBB Gugur di Kongo, Satu Lainnya Luka setelah Diserang Milisi

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Satu TNI Pasukan Perdamaian PBB Gugur di Kongo, Satu Lainnya Luka setelah Diserang Milisi

TRIBUNNEWS.COM - Satu prajurit TNI yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB, Serma Wahyudi, gugur saat bertugas di RD (Republik Demokratik) Kongo.

Prajurit ini meninggal dalam serangan milisi yang dilancarkan pada Senin (22/6/2020) malam waktu setempat.

Dikutip dari AFP via Kompas.com, perwira komunikasi Misi Stabilisasi PBB untuk DR Kongo, Sy Koumbo mengumumkan berita duka ini pada Selasa (23/6/2020). 

"Satu anggota Helm Biru (pasukan perdamaian PBB) gugur dan satunya terluka namun tidak serius. Saat ini kondisinya stabil," jelas Koumbo.

Prajurit Serma Wahyudi gugur saat rombongan patrolinya diserang milisi di dekat Beni, kota di Provinsi Kivu Utara, pada Senin (22/6/2020) malam waktu setempat.

Baca: Panglima TNI Dukung Anak Bangsa Melakukan Uji Klinik Terapi Secretom bagi Penderita Covid-19

Baca: Setelah Virus Corona, Muncul Virus Ebola di Kongo, Berikut Ciri-ciri dan Gejalanya

Sementara itu satu prajurit lainnya, Prt M Syafii Makbul masih dalam perawatan intensif.

Kepala Monusco sekaligus Perwakilan Khusus PBB, Leila Zerrougui mengutuk serangan ini.

Dia menduga pelakunya adalah Pasukan Aliansi Demokratik (ADF).

Leila menyoroti pengorbanan pasukan TNI yang terluka dalam misi pembangunan jembatan di Hululu ini.

ADF merupakan gerakan oposisi terhadap Presiden Uganda, Yoweri Museveni yang berdiri sejak 1990an.

Baca: WHO Ungkap Munculnya Ebola Baru di Kongo Buktikan Covid-19 Bukan Satu-satunya Ancaman Kesehatan

Baca: Indonesia Resmi Terpilih Jadi Anggota Dewan Ekonomi PBB

Kelompok bersenjata ini memiliki reputasi yang buruk dan beroperasi di kawasan timur negara yang dulu bernama Zaire.

Pada 1995, kelompok ini pindah ke Kongi dan diyakini tidak melakukan aksi apapun.

Data PBB mengungkapkan, ada 500 orang korban tewas dalam serangan kelompok ini sejak Oktober 2019.

Ini terjadi disaat militer RD Kongo sudah melakukan operasi.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini