Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkap alasan di balik ia bersujud di depan Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) RSUD dr Soetomo, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur.
Peristiwa itu terjadi di halaman Balai Kota Surabaya, Senin (29/6/2020).
Risma menyatakan, sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas anak buahnya, dia tidak dapat menerima stafnya yang sudah bekerja optimal dalam penanganan Covid-19 disalah-salahkan.
Kejadian tersebut berawal ketika salah satu dokter yang hadir dalam audiensi mengeluh banyak rumah sakit rujukan Covid-19 dalam kondisi penuh.
Namun kenyataannya kata Risma, tidak demikian. Contohnya saja, tak jauh dari lokasi audiensi itu ada rumah sakit rujukan Covid-19 dalam kondisi kosong dengan kapasitas 200 tempat tidur.
Kemudian kata Risma, Pemkot Surabaya juga setiap hari mendata rumah sakit-rumah sakit lain masih banyak yang kosong.
Baca: Rekor Harian Tertinggi 1.624 Kasus Positif COVID-19 Baru dalam Sehari, Jawa Timur Masih Terbanyak
Sayangnya informasi perlunya bantuan rumah sakit tidak pernah diterima pemkot Surabaya. Padahal kata dia, pemkot Surabaya membuka layanan 112 untuk menerima pengaduan dan keluhan.
Baca: Kasus Positif Covid-19 di Surabaya Melonjak Tajam, Wali Kota Risma: 90 Persen di Perumahan Mewah
Selain itu pemkit Surabaya juga menyiapkan layanan 24jam ambulans untuk menjemput pasien. Lagi-lagi menurut Risma, permintaan itu tidak pernah masuk ke pemkot Surabaya.
Baca: Angka Kematian Akibat Covid-19 di Surabaya Masih Tinggi, Ini Kata Wali Kota Risma
"Kemudian saat itu beliau menuding staf saya tidak bisa komunikasi atau koordinasi," ujar Risma saat wawancara eksklusif dalam acara ROSI di KompasTV, Kamis (2/7/2020) malam.
"Padahal setiap hari, saya membaca sendiri laporan-laporan berapa Rumah Sakit kosong, informasinya dari mana, kemudian bagaimana kondisi rumah sakit itu. Selalu saya dapatkan informasi setiap hari," jelas Risma.
Bagi Risma, dirinya adalah seorang "Jenderal perang" di Kota Surabaya--orang yang paling bertanggung jawab.
Dia juga menerima data atau infomasi dan memastikan kerja kerja para anak buahnya di lapangan setiap harinya dalam penanganan Covid-19.
Risma dan semua stafnya sudah bekerja optimal untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Surabaya, termasuk dalam kasus Covid-19.