"Minyak eucalyptus mampu membunuh 80-100 persen virus influenza dan virus model beta dan gama corona," paparnya.
3. Diuji pada Embrio Ayam
Evi kemudian menjelaskan, dalam penelitian yang dilakukan pihaknya, penelitian dilakukan menggunakan telur yang sudah ada embrio ayamnya di laboratorium.
"Walaupun in vitro, tapi penelitian ini bukan pada media agar kemudian dikasih virus. Ini antara in vitro dan in vivo. Kita (penelitian) pada telur yang sudah ada embrio ayamnya," jelas Evi.
Untuk diketahui, in vitro adalah jenis pemeriksaan yang dilakukan dalam tabung reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh mahluk hidup.
Telur yang sudah memiliki embrio ayam diinfeksikan dengan virus corona umum, kemudian diberikan beberapa perlakuan setelahnya.
Ada telur yang diberi eucalyptus dengan konsentrasi mulai dari 0,1 persen, 1 persen, dan 10 persen.
Selain diberi eucalyptus, tim juga memberikan beberapa bahan lain pada telur ayam sebagai pembanding.
"Setelah embrio ayam kita diamkan selama seminggu, kita pecahkan telurnya dan kita lihat," kata Evi.
"Kalau (telur) yang hanya diberi virus saja, embrio ayamnya mati semua. Berarti dia (embrio ayamnya) mati terserang virus," imbuhnya.
"Sementara yang dengan perlakuan eucalyptus (dengan konsentrasi) 0,1 sampai 1 persen, ternyata si ayamnya bisa tumbuh dengan normal. Berarti si eucalyptus mampu menetralisir virus yang sudah diinfeksikan ke embrio ayam," lanjutnya.
4. Alasan Belum Diuji pada Manusia
Evi mengatakan, penelitian yang dilakukan ini merupakan studi awal.
Dia pun mengetahui muncul banyak pertanyaan kenapa riset ini tidak dilakukan uji klinis atau diujikan ke manusia.