Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengajak masyarakat untuk mempercayai penggunaan produk kesehatan buatan dalam negeri yang digunakan untuk penanganan Covid-19.
Dirinya mengatakan pemerintah saat ini mendorong masyarakat agar bangga kepada produk buatan dalam negeri.
"Tentu saja kita harus mendukung karya anak bangsa. Kita dorong agar produk dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri kita tanpa harus tergantung produk dari luar. Ini ada kaitannya dengan masalah mental," kata Muhadjir dalam konferensi pers di Kantor Kemenko PMK, Jln Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (9/7/2020).
Baca: Menko PMK Pastikan Harga Rapid Test Buatan Dalam Negeri Lebih Murah Dibanding Produk Impor
Muhadjir mengungkapkan ada kesan masyarakat tidak percaya diri terhadap ventilator buatan dalam negeri.
Padahal menurut Muhadjir harusnya masyarakat dapat memaklumi kekurangan yang terdapat pada produk dalam negeri, karena masih rancangan awal.
"Termasuk juga ventilator, saya kemarin turun ke lapangan. Ada kesan bahwa pengguna tidak percaya diri dengan temuan kita sendiri. Ini soal mental, kalau kabel-kabelnya belum serapi produk dari luar negeri. Harus dimaklumi karena rancangan awal," kata Muhadjir.
Baca: Menko PMK: Ada Kabupaten di Papua Barat yang Belum Terima Bansos
Saat ini produk dalam negeri, menurut Muhadjir masih dalam tahap penyempurnaan. Dirinya meminta kepada Kemenristek untuk terus melakukan evaluasi terhadap produk kesehatan buatan dalam negeri.
"Pasti akan ada penyempurnaan evaluasi selanjutnya. Tapi jangan sampai kehilangan kepercayaan diri terhadap produk sendiri," ucap Muhadjir.
"Yang penting alat itu bergungsi fengan baik dan sudah memenuhi standart yang telah ditetapkan resmi dan enggak ada alasan lagi untuk enggak percaya diri," tambah Muhadjir.
Seperti diketahui, pemerintah meluncurkan produk alat tes cepat Covid-19 atau rapid test yang merupakan inovasi dalam negeri yang dinamakan RI-GHA Covid-19.