Saya sebenarnya tidak pernah menyiapkan anak saya itu (Siti Nurazizah) untuk menjadi calon wali kota. Tidak pernah. Semua anak saya tidak.
Masing-masing sesuai dengan keinginan dan hati nurani, serta sesuai kemampuannya.
Saya bilang, saya tidak menyuruh kamu (Nurazizah), tapi kalau memang itu kehendak masyarakat, saya hanya bisa tut wuri handayani (memberi dorongan dari belakang) dan ikut mendoakan.
Sebagai orang tua tentu harus mendukung anaknya, tetapi saya tidak mengharapkan dan tidak menyiapkan anak saya yang manapun untuk menjadi seorang wali kota atau pejabat publik lainnya.
Apakah Siti Nurazizah minta restu kepada Anda ketika mengikuti kontestasi di Tangerang Selatan?
Ya. Saya berpesan agar dia menjaga etika dan tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Intinya menjaga martabat baik ketika dia ingin menjadi wali kota, maupun kalau nanti misalnya terpilih menjadi kepala derah.
Baca: Pesan Maruf Amin: Industri Asuransi Syariah Harus Perhatikan Good Corporate Governance
Baca: Survei LSI: Pemilih Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandiaga Kompak Sebut Ekonomi Makin Memburuk
Belakangan ini muncul kontroversi mengenai Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang merupakan inisiatif DPR. Menurut Anda bagaimana?
RUU itu memang menimbulkan kontroversi, pro dan kontra. Menurut saya, kalau mau membuat RUU sebaiknya menyangkut implementasi Pancasila.
Maksudnya supaya Pancasila itu menjadi ajaran yang bisa diimplementasikan, sehingga jelas bagaimana politik Pancasila itu, ekonomi Pancasila, budaya Pancasila.
Jangan membahas Pancasila-nya karena ideologi Pancasila itu sudah final, sudah menjadi kesepakatan.
Di tengah kontroversi RUU Haluan Ideologi Pancasila muncul isu menyangkut kebangkitan PKI. Bagaimana menurut Anda?
Menurut saya PKI itu sudah dibubarkan kelembagaannya. Ajarannya sudah dilarang. Menurut saya sih, tidak lagi menjadi bahaya laten.
Kalau mungkin ada satu, dua, atau berapa orang yang masih punya pemikiran itu (komunisme), tapi tidak muncul di permukaan. Sebagai ide-ide yang bisa dikembangkan, saya kira mungkin saja.
Diskusi tentang isme-isme, termasuk kapitalisme, sosialisme, Marxisme, di perguruan tinggi menjadi studi yang dikembangkan. Menurut saya, waspada sih harus, bukan hanya komunisme, tetapi juga radikalisme.
Bisa radikalisme agama, radikalisme sekuler. Jangan sampai Pancasila itu disekulerkan. Kita harus waspadai semua itu. Jadi saya melihat, kalau ada orang yang mulai menggoreng isu PKI, itu politisasi, mungkin ada kepentingan-kepentingan lain. (dennis)