Aneka program dan sistem organisasi yang ditawarkan partai Islam tersebut tak akan banyak membawa efek electoral jika tak ada figur sebagai leader.
"Meskipun program penting, tapi yang tak kalah penting dibutuhkan PPP saat ini adalah figur. Rentetan kasus hukum yang telah menyeret beberapa ketua umumnya masuk penjara, membuat PPP kehilangan legitimasi moral untuk jualan program sebagai daya tarik partai.” katanya.
Terkait siapa figur yang dinilai bermagnet publik itu, Toto menyebut dua tokoh nasional, Gatot Nurmantyo (mantan panglima TNI) dan Sandiaga Salahudin Uno (pengusaha dan mantan Cawapres 2019 lalu).
Kedua sosok itu punya potensi bisa mengantar partai berlambang kabah itu kembali menjadi partai besar.
Toto menjelaskan, perlunya figur kuat di PPP itu lebih karena partai tersebut memilih kelompok Islam sebagai captive market yang turun temurun sejak Orde Baru.
Dan sekarang mereka mulai kecewa karena beberapa pemimpin partai tersebut dinilai sudah tak lagi merepresentasikan spirit Islam.
Ditambah lagi, ceruk yang sama, sekarang sudah diambil merata partai berbasis Islam yang lain seperti PAN, PKS dan PKB.
"Idealnya bisa seperti Golkar yang tidak tergantung pada figur ketua umum karena punya sistem yang relatif kokoh dengan cengkraman kukunya yang kuat dan merata di birokrasi kekuasaan. Berbeda dengan PPP yang tak cukup memiliki imunitas dalam menghadapi goncangan internal dan eksternal," ucapnya.
"Karena itu, dalam kontek hari ini, yang dibutuhkan PPP adalah hadirnya figur seperti Pak GN dan Pak Sandi. Jika tidak, Pileg 2024 mendatang mungkin akan menjadi momen pahit karamnya partai yang punya sejarah cukup panjang di tanah air ini. Apalagi jika Parliementary threshold 5 persen diputuskan DPR," imbuhnya.
Toto menilai, sampai saat ini belum ada figur internal yang punya potensi mengerek elektoral PPP, kecuali harus membuka peluang masuknya figure dari luar partai yang di PPP-kan.
"Sejauh ini, hanya Pak Gatot dan Pak Sandi yang memenuhi kriteria tersebut, baik secara intelektual, moral, elektoral dan modal social," ujarnya.
Namun, Toto mengakui kemungkinan adanya resistensi dari sebagian kelompok internal partai mengingat posisi kedua figur saat ini.
Yaitu, Sandi yang masih berada dalam struktur kepengurusan DPP Gerindra dan Gatot yang belakangan telah memilih jalan “oposisi” sebagai satu di antara beberapa eklarator KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia).
“Ini memang pilihan pahit. Kalau bicara penyelamatan partai agar tidak makin terpuruk, dan bahkan karam, suka atau tidak, PPP butuh darah segar yang bisa memanggil pulang kandang kembali para pemilih ideologis yang setia sejak zaman orde baru,” ujarnya.