News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Eksklusif Tribunnews

Achmad Yurianto:Kalau Tidak Sehat, Tidak Mungkin Ekonominya Bagus

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Achmad Yurianto menyampaikan pandangannya saat berdiskusi virtual dengan redaksi Tribunnews di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta, Jumat (11/9/2020). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Bagaimana kemungkinan seorang yang melaksanakan perjalanan transportasi udara kemungkinan tertular. "Yang pertama kita lihat dulu di pesawat, kita tanya dengan teknisi pesawat, mungkin tidak sepanjang mereka menjalankan protokol, tidak buka masker, tidak ngobrol, tidak mengabaikan jarak," ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kemenkes Achmad Yurianto saat diwawancarai khusus dengan Tribun Network, Juma (11/9/2020).

"Maka, filter yang ada di pesawat itu sebenarnya mampu untuk menahan semaksimalkan mungkin," kata dia.

Achmad Yurianto, Dirjen pencegahan dan pengendalian penyakit kemenkes. WARTA KOTA/NUR ICHSAN (WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN)

Akhirnya peluang itu kita beri skor agak rendah.Kemudian kita perhatikan di proses sebelum naik pesawat dan proses dia turun pesawat kalau saya mau pergi dari Bogor saya naik bus dulu, sesama banyak orang, setelah itu ngumpul di sana karena terlalu pagi, ngobrol dulu di kantin, di warung, baru naik pesawat.

Artinya pada ruang untuk proses ke bandara, proses untuk boarding, itu memiliki peluang tertularnya lebih besar lagi dibanding dengan di pesawat skornya.Kemudian kita perhatikan begitu turun dari pesawat, ngambil barang, nunggu, rebutan ambil bagasi, ini juga menjadi sesuatu yang memiliki skor lebih tinggi dibanding di dalam pesawat itu sendiri.

Belum lagi, keluar naik kendaraan umum dan sebagainya. Artinya kita melihat ini harus secara keseluruhan. Tidak bisa kemudian hanya berbicara pada satu segmen yaitu pesawatnya saja.
Artinya mengamankan itu harus dari hulu sampai hilir.

Baca: Achmad Yurianto: Tes Swab Akurat Manakala Prosedurnya Benar

Nah kajian ini masih terus kita lakukan. Berbicara dengan maskapai penerbangan. Artinya tanggungjawab mereka itu tidak hanya di dalam pesawat, bagaimana mulai di luar pesawat, nanti mau check in gimana.

Rapid test terkait perjalanan kita sebenarnya mengatakan lebih baik protokol kesehatannya dijalankan, dibanding rapid-nya. Tetapi untuk tindakan medis di rumah sakit, seharusnya dilakukan dengan barang yang sudah teregisterasi, yang kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan.

Rapid test merah putih, sepengetahuan Anda seberapa jauh produksi dan distribusinya?
Sekarang ini nasionalisme kita muncul. Pokoknya buatan Indonesia, merah putih. Rapid test merah putih, reagen merah putih, vaksin merah putih, semuanya merah putih.Silakan, karena kita harus melakukan itu dan kita bangga.

Tetapi kembali lagi, satu harus kualitasnya terjamin. Quality Control itu harus terjamin. Salah satu produk dari Mataram, inovasi yang teman-teman UGM dan UNAIR.

Kualitasnya bagus, yang jadi masalah kuantitasnya tidak banyak. Saya pesan 100 ribu saja, tiga bulan baru selesai. Ini kan jadi repot. Memang ada yang bisa dalam waktu seminggu 1,5 juta ada tapi kualitasnya jelek.Ini salah satu kelemahan kita. Seperti ventilator merah putih itu kan bagus.

Ketika pesan 5 ribu, waduh tidak selesai-selesai kalau 5 ribu, kami bukan pabrik, kami inovator. Ini ruang mempertemukan inovator dengan industri.

Apakah lazim di sebuah riset untuk menghasilkan obat terkait dengan pengobatan penyakit menggunakan sponsor. Misal dalam konteks obat Covid-19 dari UNAIR sponsornya TNI AD-BIN?

Tidaklah, kita tidak pernah berbicara sponsor ya. Masalah kemudian menggunakan resource yang ada diinstitusi lain ya silakan-silakan saja.Kita lihat sinopharm, siapa sih yang digunakan untuk uji awal-awalnya. Ya tentara China, tidak ada masalah. Kemudian mengatakan ini ditemukan oleh tentara China.Jadi sesuatu yang sebetulnya tidak rumit, kemudian kalau kita bikin rumit ya jadi rumit lah.

Jadi vaksin atau obatnya diberikan atau disuntikan ke tentara tidak masalah?
Hanya memang pada fase tertentu kita tidak boleh, sampelnya hanya tentara saja. Karena virusnya tidak milih-milih. Inilah yang dilakukan pada fase ketiga yang dilakukan Sinovac. Baik umur, baik status fisik, dan sebagainya. Karena obat ini tidak mungkin hanya obat untuk orang yang ganteng kan tidak mungkin.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini