News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gerakan 30 September

Moeldoko Sebut Ancaman Kebangkitan PKI Kental dengan Ambisi Pribadi

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Moeldoko Akui Ada Strategi di Balik Video Kemarahan Jokowi: Udah Nggak Usah Dilanjutkan

Selain itu menurutnya pergantian Panglima TNI tidak ada kaitannya dengan acara Nobar G30SPKI. Pergantian Panglima TNI berdasarkan pertimbangan yang komprehensif, bukan karena kasus per kasus saja.

"Pergantian pucuk pimpinan di sebuah organisasi itu melalui berbagai pertimbangan. Bukan hanya pertimbangan kasuistis tetapi pertimbangan yang lebih komprehensif," kata Mantan Panglima TNI itu.

Untuk diketahui Gatot secara resmi digantikan Marsekal Hadi Tjahjanto pada 8 Desember 2017 lalu dalam upacara pelantikan di Istana Negara. 

Gatot digantikan Hadi kurang lebih 4 bulan sebelum memasuki masa pensiun pada 1 April 2018.

Jangan Berlebihan

Kepala Staf Presiden Moeldoko angkat bicara mengenai pernyataan Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang menyebut adanya ancaman kebangkitan PKI.

Menurut Moeldoko yang juga menjabat Panglima TNI sebelum Gatot, ancaman kebangkitan PKI tidak mungkin datang secara tiba-tiba.

Kepolisian membubarkan Acara Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jatim di Graha Jabal Nur, Surabaya yang juga dihadiri Deklarator KAMI, Gatot Nurmantyo, Senin (28/9/2020). ((ISTIMEWA/TRIBUNMADURA.COM))

"Saya sebagai pemimpin yang dilahirkan dari akar rumput bisa memahami peristiwa demi peristiwa. Mengevaluasi peristiwa demi peristiwa. Tidak mungkin datang secara tiba tiba. Karena spektrum itu terbentuk dan terbangun tidak muncul begitu saja," kata Moeldoko dalam wawancara KSP, Kamis, (1/10/2020).

Oleh karena itu menurut Moeldoko jangan berlebihan dalam menanggapi sesuatu, karena dapat menimbulkan ketakutan. Termasuk mengenai dugaan ancaman kebangkitan PKI.

"Jadi jangan berlebihan sehingga menakutkan orang lain. Sebenarnya bisa saja sebuah peristiwa besar itu menjadi komoditas untuk kepentingan tertentu," kata Moeldoko.

Purnawirawan Jenderal bintang empat itu mengatakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam membangun kewaspadaan. Pertama yakni kewaspadaan yang dibangun untuk menenteramkan dan kedua kewaspadaan yang menakutkan.

"Bedanya disitu. Tinggal kita melihat kepentingannya. Kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menenteramkan maka tidak akan menimbulkan kecemasan. Tapi kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menakutkan, pasti ada maksud-maksud tertentu. Nah! Itu pilihan-pilihan dari seorang pemimpin," katanya.

Ia sendiri menurut Moeldoko lebih memilih kewaspadaan untuk menenteramkan. Apalagi di tengah Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

"Yang terjadi saat ini, menghadapi situasi saat ini apalagi di masa pandemi, membangun kewaspadaan yang menenteramkan adalah sesuatu pilihan yang bijak," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini