TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jakob Oetama, pendiri grup Kompas Gramedia, wafat pada 9 September 2020 lalu sekitar pukul 13:05 WIB.
Hingga kini, kesedihan akibat kepergiannya masih dirasakan oleh para karyawan di grup Kompas Gramedia.
Dalam rangka memperingati 40 hari kepergian Jakob Oetama, sekaligus untuk mengenang pendiri grup Kompas Gramedia itu, sejumlah wartawan senior Harian Kompas menerbitkan dua buku yang bercerita tentang Jakob Oetama.
Buku itu masing- masing berjudul ”Jakob Oetama, Kisah Kecil Bermakna Besar” dan satu buku lagi berjudul ”Peninggalan Sang Pemula.”
Dua buku itu berisikan penggalan cerita pengalaman para karyawan Harian Kompas yang pernah bersentuhan langsung dengan sosok Jakob Oetama.
Melalui kisah-kisah kecil dalam buku “Jakob Oetama, Kisah Kecil Bermakna Besar” para pembaca diajak menimba inspirasi penuh makna dari keteladanan hidup Pak Jakob sehari-hari.
”Saya kira dua buku ini belum cukup untuk mengenang sosok yang luar biasa pak Jakob Oetama,” ungkap Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Tri Agung Kristanto, Minggu (18/10/2020).
Sementara itu wartawan senior Harian Kompas, Ninok Leksono, dalam acara peluncuran dua buku tersebut, mengatakan
”Kenangan mengesankan kita kemas dalam bahasa ’Saat Masa Lalu yang Mengesankan.’ Masa lalu selalu manis untuk kita kenang, namun ketika masa berkabung tersebut sudah usai, kita niscaya harus kembali ke alam nyata."
Ninok berharap terbitnya dua buku itu bisa menjadi referensi bagi berbagai pihak tentang kesan mereka terhadap sosok Jakob Oetama.
Perilisan dua buku itu sekaligus menjadi momen yang membahagiakan bagi seluruh jajaran Harian Kompas.
Ninok lantas mengajak para peserta mengenang sosok teladan Jakob Oetama.
"Dalam suasana siang hari ini, kita kenang Pak Jakob, kebaikan beliau, keluhuran budi beliau, kemurahan hati beliau, sekaligus juga kecendekiawanan beliau," ucap Ninok.
Ninok lantas sedikit merentang dari pokok pembahasan. Ia tak lagi membahas acara perilisan dua buku Jakob Oetama. Wartawan senior Harian Kompas itu mengajukan satu pertanyaan.
"Pertanyaan sentral saat ini adalah bagaimana kita (Harian Kompas) ini ke depannya?," tanya Ninok.