News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Santri

Wapres KH Maruf Amin Berharap 'Gus Iwan' Lahir

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar pada peringatan Hari Santri Nasional di Malang Jawa Timur, Kamis (22/10/2020).

*Peringatan Hari Santri Nasional
Jokowi: Peran Besar Ulama, Kiai dan para Santri jaga NKRI

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai pesantren-pesantren yang jumlahnya 28 ribu di Indonesia, harus menyiapkan dan melahirkan santri yang disebutnya "Gus Iwan".

"Pesantren harus melahirkan Gus Iwan, yakni 'santri pintar mengaji dan usahawan'. Ini hal yang harus kita kembangkan," kata Ma'ruf dalam webinar ISEF perayaan Hari Santri Nasional, Kamis (22/10).

"Pemerintah terus memfasilitasi memberikan kemudahan dari ultramikro yaitu bank wakaf dan BMT (Baituk Maal Wat-Tamwil) melalui channeling, kemudian juga yang mikro, kecil sampai ke yang besar," kata Ma'ruf.

Baca juga: Pesan Ibas Buat Para Santri: Jangan Pernah Menyerah Menuntut Ilmu

"Yang besar yang kita rencanakan yaitu bergabungnya 3 bank besar yaitu Bank Mandiri syariah, BNI Syariah, dan BRI Syariah akan digabung mejadi satu bank yang nantinya dia akan menjadi bank yang besar. Ini komitmen pemerintah untuk membangun," katanya.

Ma'ruf menyebut peran pesantren sebagai lembaga pendidikan, lembaga dakwah, dan pusat pemberdayaan bisa dilakukan dengan mencetak Gus Iwan yang dikatakan tadi.

"Kita bayangkan kalau 28 ribu pesantren bergerak atau separuhnya saja bergerak, itu akan mengubah melakukan perubahan besar," katanya.

LDII menggabungkan pendidikan formal dengan pesantren. Tak hanya belajar ilmu agama, santri di Ponpes Gading Mangu, Jawa Timur turut memperoleh pendidikan berbasis IT dan keterampilan. (Dok DPP LDII (2019))

"Pesantren harus bangun tak boleh tidur. Semuanya bangkit, Mari kita bangkit untuk menjadi mengembangkan santri-santri yang kuat, sehingga negara menjadi kuat," ia mengingatkan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 22 Tahun 2015 menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.

Penetapan tanggal 22 Oktober merujuk pada tercetusnya “Resolusi Jihad” yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Resolusi jihad ini kemudian melahirkan peristiwa heroik 10 November 1945
yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Baca juga: Perayaan Hari Santri, Maruf Sebut Pesantren Harus Lahirkan Gus Iwan

Peristiwa heroik 10 November 1945, merujuk pada pertempuran antara Arek-Arek Suroboyo melawan pasukan Netherlands-Indies Civil Administration
(NICA).

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa semangat juang dan patriotisme arek arek Suroboyo tersebut lahir dari semangat jihad yang digelorakan oleh kaum santri melalui resolusi jihad.

Sejarah mencatat, pertempuran 10 November 1945 yang sangat heroik itu tidak akan pernah ada tanpa ada Resolusi Jihad yang diprakarsai oleh kaum santri di Kampung Bubutan, Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1945.

Baca juga: Kumpulan Ucapan Hari Santri Nasional 2020, Cocok untuk Status WhatsApp, Facebook dan Instagram

Resolusi Jihad yang dibacakan pada tanggal 22 Oktober, 20 hari sebelum 10 November menunjukkan bahwa kaum santri memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Bangsa ini.

Pada tanggal 22 Oktober 1945, Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy’ari membacakan seruan yang berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan.

Dari situlah muncul semangat jihad yang luar biasa, muncul semangat nasionalisme yang tinggi dan mereka tampil sebagai garda terdepan dalam mempertahankan NKRI.

Hari santri dan Hari pahlawan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, keduanya memiliki hubungan yang kuat dan menjadi satu kesatuan paket dalam sejarah.

“Pada 22 Oktober 1945, tepat 75 tahun lampau, Kiai Hasyim Asy’ari menyerukan Resolusi Jihad sebagai bentuk komitmen dan kewajiban umat Islam mempertahankan bangsa dan negara ini.

Sampai hari ini, sejarah mencatat peran besar para ulama, para kiai, para santri dalam menjaga NKRI, memandu ke jalan kebaikan, ke jalan kebenaran, ke jalan kemajuan,” kata Jokowi, dikutip dari akun Instagramnya kemarin. (tribun network/den/fik)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini