TRIBUNNEWS.COM - Muhammadiyah hari ini, Rabu (18/11/2020) merayakan milad yang ke-108.
Perayaan milad Muhammadiyah ini dimulai hari ini pukul 12.00 WIB sampai dengan selesai.
Perayaan milad Muhammadiyah kali ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Milad Muhammadiyah ke-108 digelar secara virtual dengan mengusung tema "Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri".
Dikutip dari m.muhammadiyah.or.id, menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, tema dipilih untuk mempertegas gerakan, sikap dan kebijakan Muhammadiyah dalam menghadapi keragaman paham, pandangan dan orientasi keagamaan yang tumbuh dan berkembang.
Dikutip dari akun Twitter resminya @muhammadiyah, perayaan milad Muhammadiyah tahun ini diisi dengan serangkaian acara menarik, seperti pembacaan puisi oleh Taufik Ismail dan Ahimsa Swadesi.
Serta penampilan Arda Didi Kempot yang akan menyanyikan lagi Solo Balapan & Istigfar Sak Kuate, Paduan Suara 8 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah secara serenta, hingga acara Pemberian Apresiasi Muhammadiyah.
Live streaming acara perayaan Milad Muhammadiyah yang ke-108, dapat disaksikan melalui link berikut ini:
Link YouTube Muhammadiyah Channel
Link Facebook Persyarekatan Muhammadiyah
Sejarah Muhammadiyah
Dikutip dari muhammadiyah.or.id, Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912.
Muhamadiyah didirikan oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan.
KHA Dahlan adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang.
Ia melihat keadaan umat Islam pada waktu itu yang sedang dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
Maka beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.
Awalnya ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya.
Namun profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa.
Kemudian untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka ia mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah.
Persyarikatan Muhammadiyah hingga kini mampu bertumbuh dan berkembang diseluruh pelosok tanah air.
Ia juga menyebarkan ajaran Muhammadiyah kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut “Sidratul Muntaha”.
Pada forum pengajian Sidratul Muntaha, siang hari diisi dengan pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan, sementara untuk malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.
KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah sejak tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan.
Kemudian pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.
Rapat Tahunan tersebut, berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.
(Tribunnews/com/Oktavia WW)