TRIBUNNEWS.COM - Mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadiv Hubinter) Polri, Irjen Napoleon Bonaparte membantah elah menerima uang suap sebesar Rp 6 miliar untuk menghapus red notice Djoko Tjandra.
Menurut terdakwa kasus suap dugaan penghapusan red notice Djoko Tjandra ini, tuduhan pemberian uang suap Rp 6 miliar itu adalah rekayasa yang dibuat oleh Tommy Sumardi.
"Itu (pemberian uang Rp 6 miliar,-red) tuduhan rekayasa yang dibuat oleh Tommy Sumardi," kata Napoleon kepada Aiman Witjaksono sebagaimana dikutip dari Youtube KompasTV, Selasa (24/11/2020).
Karena pengakuan penyerahan uang itu berasal dari Tommy, Napoleon meminta Tommy membuktikan tuduhan itu di pengadilan.
Napoeon menyebut ada keganjilan-keganjilan dengan tuduhan Tommy.
Baca juga: Irjen Napoleon Blak-blakan Kasus Djoko Tjandra: Merasa Dikorbankan, Terkait Bursa Kapolri dan Pidana
Aiman pun meminta Napoleon menyebutkan satu keganjilan itu.
Napoleon balik bertanya siapa orang yang mau mengorbankan diri masuk penjara kalau tidak memiliki kepentingan lebih besar.
"Anda merasa dikorbankan?," tanya Aiman.
"Ya. Saya kecewa," ujar Napoleon.
Aiman kemudian mendesak maksud dari pernyataan kepentingan yang lebih besar, misalnya bursa Kapolri.
Napoleon tidak menjawab gamblang.
"Mungkin saja (bursa kapolri). Mungkin bisa lebih dari itu. Bisa Jadi merupkan suatu pidana. Untuk menutupi suatu perbuatan pidana," ujar Napoleon.
Namun Napoleon kemudian enggan memberi penjelasan lebih lanjut soal pernyataanya itu dan meminta untuk melihat pembuktian di pengadilan.
Bertemu Tommy Sumardi, Napoleon Bantah Langgar Kode Etik
Disinggung soal kesaksian mantan Sespri Napoleon, Fransiscus Ario Dumais yang menyatakan Tommy Sumardi bertemu dengan Napolen dan Brigjen Prasetijo Utomo di ruangannya, Napoleon menyatakan pertemuan dengan Tommy bukanlah pelanggaran kode etik ataupun pidana.
"Mau 100 kali pun Tommy Sumardi ketemu saya di ruangan saya itu bukan pelanggaran kode etik Polri apalagi pidana. Yang paling penting, krusial, apakah saya menerima uangnya atau tidak. Itu yang paling penting," ujar Napoleon.
Soal keperluan pertemuan itu, Napoleon mengatakan Tommy bertemu untuk menanyakan status red notice Djoko Tjandra.
Ia juga membantah tas yang dibawa Tommy berisi uang.
Menurut Napoleon, tas itu itu berisi berkas-berkas persidangan Djoko Tjandra.
Terakhir, Napoleon mengaku kecewa karena pengabdiannya selama 32 tahun tidak dihargai.
Baca juga: Hakim Tegur 2 Mantan Sekretaris Pribadi Irjen Napoleon Bonaparte Karena Ubah Keterangan di BAP
Hal ini ia rasakan karena ia ditempatkan dengan tahanan seperti koruptor, pemakai narkoba bahkan orang yang pernah ia tangkap pada bulan Juli lalu, pembobolan Bank BNI Maria Pauline Lumowa.
"Saya paham mengapa saya ditempatkan di sini. Saya cuma kecewa, seakan-akan tidak pernah ada satu pun kebaikan yang saya baktikan kepada bangsa ini selama 32 tahun mengabdi," ujar Napoleon.
Napoleon mengaku penahanan yang dijalani tidak akan melemahkan dirinya.
"Jeruji besi di sini tidak akan pernah melemahkan badan apalagi mental saya, tidak akan pernah. Silakan saja yang berwenang untuk berpikir seperti itu," katanya.
(Tribunnews.com/Daryono)