Namun, ia menegaskan tidak ada gereja yang dibakar dalam peristiwa itu, seperti informasi yang beredar di media sosial.
”Iya, benar ada laporan kejadian beredar di Facebook. Cuma perlu diluruskan bahwa di antara yang dibakar tidak ada gereja," kata Irjen Rakhman Baso, Sabtu (28/1).
Menurut Rakman Baso, yang menjadi objek pembakaran oleh sekelompok orang tak dikenal hanyalah rumah yang biasa dijadikan tempat pelayanan umat. Dia kembali menegaskan bahwa yang dibakar bukan bangunan gereja.
"Informasi ini harus diluruskan, sebab sudah beredar di medsos FB (Facebook). Jangan sampai meluas hingga terjadi konflik isu sara," ujar Rakhman Baso.
Kabid Humas Polda Sulteng, Komisaris Besar Didik Suparnoto menambahkan, aksi pembunuhan dan pembakaran yang dilakukan kelompok Ali Kalora itu bertujuan untuk menyebarkan teror di masyarakat.
"Jadi mereka kadang-kadang suka melakukan aksi secara acak. Namanya teroris, jadi melakukan tindakan teror untuk menakut-nakuti masyarakat," kata Didik saat dikonfirmasi, Sabtu (28/11).
Didik mengatakan, aksi pembunuhan itu pertama kali dilaporkan oleh Ulin, seorang saksi yang juga merupakan anak dari korban. Kejadian terjadi sekitar pukul 09.00 WITA di kediaman korban di Dusun ST 2 Lewono.
Kala itu, kelompok teroris sempat menyandera ayah dan ibu Ulin, Yasa dan Nei. Kemudian Ulin dan suaminya, Pino.
Ulin berhasil melarikan diri. Hanya saja, Ali Kalora cs telah mengeksekusi korban yang lain. Tercatat, empat korban tewas dengan kondisi nahas. Selain itu, pelaku juga sempat membakar salah satu rumah di sekitar perkampungan itu.
"Ada empat itu yang meninggal, atas nama Yasa kemudian Pinu, Naka dan Pedi," ucap dia.
Polisi masih mendalami kasus tersebut. Diduga kuat ada tiga orang buron dari kelompok MIT yang diduga terlibat dalam aksi pembunuhan itu. Para pelaku pun melarikan diri ke arah hutan usai melakukan aksinya.
"Dari kemarin sampai dengan saat dengan saat ini, personel Satgas Tinombala masih melakukan pengejaran terhadap kelompok MIT yang telah melakukan teror," kata Didik.
Diketahui Ali Kalora menjadi pimpinan MIT setelah pimpinan sebelumnya, Santoso, tewas di tangan aparat. Terakhir, Aparat TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Tinombala menembak mati dua anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, yang pernah masuk Kota Palu, Sulawesi Tengah. Keduanya masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Kapolda Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengatakan dua anggota MIT itu ditembak di wilayah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
"Kedua DPO inisial W alias A alias B dan AA alias A, dan ketika dilakukan penangkapan mereka melakukan perlawanan sehingga dilakukan tindakan tegas terukur yang menyebabkan kedua anggota MIT meninggal dunia," katanya.
Masih ada 11 orang anggota MIT yang diburu oleh aparat keamanan. Polisi pun mengimbau agar mereka segera menyerahkan diri.(tribun network/den/dod)