TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA Wakil Presiden ke-10 dan 12 Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla kembali membantah rumor bahwa dirinya akan kembali mencalonkan diri sebagai Presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024 mendatang.
Menurut Jusuf Kalla, di tahun itu usianya sudah menginjak 82 tahun.
Ketimbang kembali berkecimpung di politik, ia memilih menikmati masa tuanya dengan melakukan sejumlah kegiatan di organisasi kemanusiaan maupun organisasi keagamaan dan internasional.
Hal ini dikatakan Jusuf Kalla dalam video Special Interview With Claudius Boekan yang tayang di Berita Satu, Jumat (4/12/2020).
"Pada saat itu (tahun 2024, red) umur saya sudah 82 tahun. Kapan lagi saya menikmati masa tua. Kita memperhatikan politik tentu iya, tapi saya tidak mau lagi aktif secara praktis," ujar JK.
"Golkar pernah meminta saya untuk jadi ketua penasehat, tapi saya tidak mau. Saya senang urus kemanusiaan, keagamaan, urusan internasional, menurut saya itu amalan yang baik," lanjutnya.
Sejak tidak lagi menjabat sebagai wakil presiden, JK memang lebih banyak mengisi kegiatannya di bidang kemanusiaan dan keagamaan.
Selain menjadi Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), JK juga menjabat sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Dalam wawancara itu, JK juga membahas banyak hal. Termasuk soal kedekatan dengan Anies Baswedan.
Baca juga: Kerumunan Saat Pilkada dan Rizieq Shihab Disebut Tak Bisa Dibandingkan, JK: Memang Jauh Jumlahnya
JK membenarkan bahwa di Pilkada DKI tahun 2017 dirinya memberikan dukungan kepada Anies untuk mencalonkan diri sebagai gubernur DKI, meski dukungannya itu dinilai tak sejalan dengan Presiden Jokowi.
JK menyebut kala itu dirinya memiliki pandangan tersendiri.
Ia menilai jika saat itu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang terpilih sebagai gubernur DKI, maka situasi di Jakarta akan tidak kondusif dan berdampak pada kepemimpinan Presiden Jokowi.
"Saya kenal Pak Anies dan mendukung dia jadi gubernur itu benar. Mohon maaf, kalau saat itu Ahok yang menang, akan terjadi keributan dan berdampak pada Presiden Jokowi. Semua orang punya pandangan politik berbeda. Saya harus sependapat dalam bertugas, tapi hari itu saya punya pandangan (politik) berbeda dengan Pak Jokowi," lanjutnya.
Padahal ia dan Presiden Jokowi sama sekali tidak pernah bicara soal siapa yang menjadi gubernur.