TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin menyebut misi mustahil alias mission impossible apabila PPP menargetkan 11 juta suara pada Pemilu 2024.
Menurutnya, target itu sulit tercapai.
"Sulit. Seperti mimpi di siang bolong. Dan mission impossible. Target itu tak akan tercapai," ucap Ujang saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (21/12/2020).
Ujang beralasan, persaingan partai-partai makin ketat, terutama partai berbasis Islam.
Belum lagi, adanya partai-partai Islam seperti Partai Ummat dan Partai Masyumi yang bermunculan.
"Dan dalam survey terbaru lembaga survei juga menempatkan PPP sulit masuk Senayan di 2024 nanti," ucapnya.
Baca juga: PPP Pasang Target 11 Juta Suara di Pemilu 2024, Target yang Bombastis dan Ambisius
Kendati demikian, Ujang mengatakan target memang harus direncanakan sejak awal.
Hal itu sebagai penyemangat untuk meraih suara lebih banyak lagi di Pemilu 2024.
Namun, sekali lagi Ujang menilai target tersebut terlalu tinggi.
"Target memang harus tinggi. Tapi target tersebut ketinggian. Karena sejak pasca reformasi, dari pemilu ke pemilu perolehan suara PPP selalu menurun," ujarnya.
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terpilih Suharso Monoarfa langsung mematok target tinggi era kepemimpinannya, yakni melewati perolehan suara pada Pemilu 1999 pada Pemilu tahun 2024, mendatang.
Hal itu disampaikan Suharso saat Muktamar IX PPP yang disiarkan di chanel Youtube Petiga TV, Sabtu (19/12/2020) malam.
"Pada tahun 99 kita mendapatkan suara 11.395.000. Jadi, kita paling tidak (memperoleh,red) 11.395.000 plus 1 suara," kata Suharso.
Ia menyebutkan, target tersebut hampir dua kali lipat dengan perolehan suara PPP pada Pileg 2019.
Adapun perolehan suara partai lambang Ka'bah itu pada Pemilu 2019 yaitu 6,3 juta.
Menteri PPN/ Kepala Bappenas itu mengakui jika target yang dipatok tersebut tidak mudah.
Namun, dirinya bakal melakukan berbagai upaya agar impian tersebut terwujud, salah satunya menggandeng konsultan politik.
"Kita telah meneken kontrak kerjasama dengan PolMark sampai 2024," jelasnya.
Suharso menambahkan, partainya siap bertransformasi menjawab tantangan dunia digital.
Terlebih, media sosial akan menjadi saluran untuk menyampaikan informasi soal kerja-kerja partai.
Maka, kata Suharso, DPP PPP harus memiliki kelompok pekerja seperti influencer yang benar-benar mengurus partai.
"Maka yang diperlukan adalah kelompok pekerjaan sebagai influencer, kita harus punya influenser di DPP, jadi bukan hanya penguru pengurus yang diurus tapi pengurus pengurus yang benar mengurus partai," ucap Suharso.