Hal ini menjadi penting karena berimplikasi pada dampak yang ditimbulkan.
“Intervensi sains dan teknologi untuk penanggulangan bencana merupakan hal yang penting dan ke depan perlu penelitian terkait kontribusi faktor terhadap banjir di suatu wilayah,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa manusia masih diberikan kapasitas untuk penanganan bencana.
Dalam merespons banjir di wilayahnya, BPBD Provinsi melakukan berbagai upaya penanganan darurat.
Lebih dari 1.600 personel gabungan, bahkan dukungan sumber daya dari BPBD tetangga, terlibat dalam upaya penanganan darurat, seperti penyelamatan dan evakuasi, distribusi bantuan, pelayanan kesehatan dan dapur umur.
Berdasarkan data terkini per 2 Februari 2021, pukul 09.00 Wita, BPBD Provinsi Kalsel mencatat 11 wilayah administrasi di tingkat kabupaten dan kota terdampak banjir. Warga yang masih mengungsi berjumlah 28.379 jiwa.
Sedangkan korban jiwa, BPBD mencatat 24 warga meninggal dunia dan 3 hilang.
Pos komando yang dibentuk sejak awal berupaya untuk menerapkan protokol kesehatan dan screening Covid-19 di tempat pengungsian. Pemerintah provinsi pun memperpanjang status tanggap darurat bencana selama 7 hari, terhitung 28 Januari hingga 3 Februari 2021.
Memasuki Februari 2021, masyarakat Kalimantan Selatan diimbau untuk waspada dan siaga dalam 3 hari ke depan.
BMKG melaporkan prospek cuaca dalam 3 hari ke depan masih berpotensi hujan intensitas ringan hingga sedang, merata di seluruh wilayah.
Balai Wilayah Sungai Kalimantan memiliki kegiatan pengendalian banjir yang akan dilakukan pada tahun 2021, di antaranya Bendungan Riam Kiwa dengan manfaat untuk mereduksi banjir di Sungai Martapura, serta Normalisasi Kanal Banjir dan Kolam Regulasi dengan manfaat untuk mereduksi banjir di Sungai Barabai.