Ia pun mengingatkan agar fenomena global warming menjadi perhatian bersama dan harus benar-benar dimitigasi.
"Global Warming memang benar-benar harus dimitigasi, kalau tidak kejadian siklon ini akan menjadi kejadian rutin setiap tahun, menjadi hal yang normal," jelasnya.
Baca juga: Jokowi Kirim 28 Ribu Paket Sembako untuk Korban Bencana di NTB dan NTT
Beda Siklon Seroja dan Siklon Sebelumnya
Siklon tropis Seroja yang melanda wilayah Nusa Tenggara Timur pada Senin (5/4/2021) memiliki perbedaan dengan siklon sebelumnya yang pernah melanda wilayah Indonesia.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati bahkan menyebut jika siklon tropis Seroja ini tidak wajar.
Dwikorita menyebut siklon tropis Seroja ini merupakan siklon ke-10 yang terdeteksi semenjak tahun 2008.
Ia menyebut tak wajar karena Siklon Tropis Seroja ini masuk ke wilayah daratan, sehingga memberikan efek dampak yang luar biasa.
Padahal, lazimnya siklon tropis terjadi di wilayah perairan laut dan tak sampai ke daratan.
"Padahal pada umumnya siklon yang terjadi tidak masuk ke daratan," kata Kepala BMKG saat konferensi pers, Selasa (6/4/2021) pagi seperti disiarkan YouTube Sekretariat Presiden.
Ia memberikan contoh, Siklon Tropis yang pernah melanda wilayah Indonesia sebelumnya yakni siklon Cempaka tahun 2017 lalu.
Baca juga: BMKG Sebut Prediksi Badai Siklon Tropis Seroja Sudah Disampaikan ke Daerah
Baca juga: BMKG Buat Grup WA Pengungsi Korban Banjir NTT, Infokan Perkembangan Cuaca dan Peringatan Dini
Pada Siklon Cempaka, pusat siklon berada di wilayah luat dan yang masuk ke daratan hanyalah bagian ekor siklon saja.
Meski begitu, efek yang terjadi kala itu juga cukup menimbulkan cuaca ekstrem di wilayah selatan jawa seperti Pacitan, Gunung Kidul dan Bantul.
Dwikorita lantas menunjukkan citra satelit dari siklon tropis Cempaka yang sempat menerjang wilayah Jawa Tengah dan DIY bagian selatan pada November 2017 lalu.
"Dan yang masuk ke darat hanya ekor yang warna biru-hijau. Begitu masuk ke darat, sebelumnya langsung pecah terurai. Namun ini (siklon Seroja) mulai berkembang saja sudah kena pulau. Dan itulah yang membuat lebih dahsyat," kata Dwikorita.