Bahkan dianggap tokoh kunci untuk meredam konflik dari Aceh dan Papua.
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, rupanya Suhendra merupakan sosok pencetus gerakan Jokowi 3 periode.
Suhendra menyebut ada gerakan bawah tanah atau klandestein untuk menjatuhkan Presiden Jokowi, beriringan dengan realitas Covid-19, dan ancaman krisis ekonomi.
Baca juga: PROFIL Sekjen PAN Eddy Soeparno, Disebut Berpeluang jadi Menteri Jokowi, Ini Sepak Terjangnya
Bahkan, dirinya menyebut lawan-lawan politik Presiden Jokowi memenfaatkan isu-isu terkini untuk menjatuhkan Jokowi.
Berbekal kekuatan sosial media, kelompok garis keras, hingga anak muda.
"Ibaratnya, mereka sudah siap dengan bensin di tangan, tinggal menunggu munculnya percikan api," tegas Suhendra.
"Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengawal dan mengamankan beliau. Jangan suka main belakang. Jika sudah mendukung, telan itu manis atau pahitnya, niscaya bangsa ini akan besar dan disegani bangsa-bangsa lain," kata Suhendra Hadikuntono.
Didukung Jabat Kepala BIN
Atas kemampuan kontraintelijennya, nama Suhendra pun juga dinilai cocok untuk menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Hal tersebut muncul juga saat isu reshuffle Presiden Jokowi tempo lalu.
Bahkan, sejumlah pihak mengusulkan Suhendra Hadikuntono menjadi Kepala BIN, satu di antaranya Wali Nanggroe Aceh, Tengku Malik Mahmud Al-Haythar.
Selain kapasitas dan loyalitasnya, Suhendra juga dinilai berani sehingga diyakini mampu membenahi masalah intelijen di Indonesia, dan mengatasi keadaan karena ia pun berani pasang badan.
Baca juga: Mendes PDTT Abdul Halim Disebut Paling Disorot Akan Direshuffle oleh Presiden
Tengku Malik Mahmud Al-Haythar bahkan meminta Presiden Jokowi mempertimbangkan dengan seksama harapan dan dukungannya terhadap Suhendra agar menjadi Kepala BIN.
"Bagi Aceh, sosok Suhendra penting untuk merawat perdamaian di Aceh dalam bingkai NKRI, dan juga bagi daerah-daerah lainnya," kata Malik Mahmud dalam keterangan tertulis, Jumat (10/7/2020).
(Tribunnews.com/ Garudea Prabawati/ Hasanudin Aco)