TRIBUNNEWS.COM - Dosen Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya), Ide Bagus Siaputra menyebut plagiarisme sebagai salah satu penyimpangan karya ilmiah.
Tak hanya plagiarisme, ternyata masih ada bentuk lain dari penyimpangan karya ilmiah.
Hal itu diungkapkannya saat hadir mengisi materi webinar Turnitin di Jakarta, baru-baru ini.
"Ada banyak ragam penyimpangan karya ilmiah, dan plagiarisme adalah salah satunya."
"Penyimpangan lainnya seperti fabrikasi atau menyajikan sesuatu yang tidak ada, falsifikasi atau mengubah untuk menipu."
"Menambah atau mengurangi nama pengarang secara tidak etis, konflik kepentingan, dan publikasi berulang atas satu artikel yang sama atau pengajuan jamak,” kata Ide melalui keterangan yang diterima Tribunnews, Senin(26/4/2021).
Baca juga: Pakar Hukum Pidana Gaungkan Audit Perawatan KRI Nanggala 402
Baca juga: Jokowi: Negara Menjamin Pendidikan 53 Putra dan Putri Awak KRI Nanggala-402 Hingga Jenjang Sarjana
Menurutnya, plagiarisme di dunia pendidikan berbahaya dan menular seperti Covid-19.
Namun, hal itu bisa dicegah dengan sebuah teknologi sebagai 'vaksin anti-virus'.
Secara terpisah, Head of Business Partnerships Southeast Asia Turnitin, Jack Brazel mengatakan, situasi pandemi telah mengubah pandangan, pembelajaran bisa diselenggarakan di mana saja.
Beralih ke dunia virtual, membuat pendidik harus menemukan cara untuk mempertahankan standar penugasan dan penilaian.
Baca juga: Pengamat Pendidikan: Pembelajaran Online Harus Padukan Sinkronus dan Asinkronus
Baca juga: Upayakan Pemerataan Pendidikan, Sekolah Murid Merdeka Luncurkan PAUD Gratis
“Fungsi pendidikan, selain untuk menyampaikan ilmu dan keahlian, juga penting untuk bersosialisasi."
"Interaksi tatap muka di ruang kelas memperkuat pengembangan keterampilan dan nilai umum yang dibawa siswa ke dalam bidang akademik dan penelitian serta kehidupan profesional setelah lulus."
"Ketika pembelajaran kampus dipindahkan ke dunia virtual, pendidik harus menemukan cara untuk memastikan bahwa standar tentang bagaimana tugas dan penilaian dilaksanakan dapat dipertahankan di lingkungan kelas online."
"Ini termasuk membangun budaya dalam pembelajaran online yang menjunjung tinggi integritas akademik," jelasnya.
Sehingga dalam hal ini, teknologi memiliki peran sangat penting dalam ranah pendidikan.
Baca juga: Kadin Akan Gencarkan Pendidikan Vokasi untuk Hasilkan Lebih Banyak Wirausahawan Baru
Baca juga: Ketua Komisi X DPR: Orang Tua Murid Jangan Nekat Mudik Agar Sekolah Bisa Dibuka Juli
Ia mencontohkan dua negara asia yang sudah adaptasi dengan sistem pendidikan yang baru, termasuknya Indonesia.
“Teknologi mulai memainkan peran penting dalam hal bagaimana lembaga pendidikan tinggi di Asia Tenggara beradaptasi dengan lanskap baru."
"Beberapa universitas di Indonesia menambahkan buku ke Google Classroom dan menambahkan lebih banyak eBook ke koleksi perpustakaan."
"Sebuah universitas di Filipina juga menjajaki penggunaan augmented reality (AR), virtual reality (VR) dan robotika dalam kursus kesehatan dan kedokteran untuk meningkatkan pengalaman," ucapnya.
(Tribunnews.com/Shella)