Soeharto memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi.
Lalu, Soeharto ditunjuk sebagai Komadan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL.
Pada 1 Maret 1949, Soeharto ikut dalam serangan umum yang berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam.
Ternyata, inisiatif itu merupakan saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyarankan, Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan serangan umum di Yogyakarta dan menduduki kota itu selama enam jam untuk membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada.
Di usia 32 tahun, Soeharto dipindahkan tugas ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel (1 Maret 1953).
Lalu, pada 3 Juni 1956, Soeharto diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang.
Dari Kepala Staf, Soeharto diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro.
Kemudian, pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel.
Pada 1 Oktober 1961, Soeharto merangkap dua jabatan, yakni sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun dan bertambah dengan jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD).
Tahun 1961, Soeharto kembali mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Paris (Perancis) dan Bonn (Jerman).
Pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal pada 1 Januari 1962 dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar di usia 41 tahun.
Sepulangnya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution.
Pada pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965.
Akhirnya, pada 1968 Soeharto resmi menjadi Presiden kedua.
Sooeharto kembali dipilih oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Pada 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada 21 Mei.
Soeharto merupakan Presiden dengan masa jabatan terlama, selama kurang lebih 31 tahun.
Soeharto kemudian digantikan oleh BJ Habibie.
(Tribunnews.com/Nadya/ Rizki Sandi Saputra)
Berita terkait 100 Hari Lahirnya Soeharto