Kehabisan oksigen
Sebelumnya, RSUP Dr Sardjito telah melaporkan kekurangan oksigen.
Laporan mengenai kekosongan oksigen dan permohonan dukungan itu dikirim Direktur Utama RSUP Sarjito Rukmono Siswishanto ke Menteri Kesehatan RI, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan para pihak lain terkait pada Sabtu (3/6/2021) pagi.
Dalam surat nomor SR.04.01/XI.4/26715/2021 itu Rukmono menyebutkan, menipisnya pasokan oksigen karena meningkatnya kasus Covid-19 yang ditangani.
”Direktur RSUP Dr Sardjito telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan pasokan oksigen dan penyedia ataupun tempat lain, tetapi sampai saat ini masih mengalami kendala dan pasokan oksigen diperkirakan paling cepat akan datang pada Minggu tanggal 4 Juli 2021 pukul 12.00 WIB,” tulis Rukmono.
Padahal, tambah Rukmono, persediaan oksigen sentral di RSUP Dr Sardjito akan mengalami penurunan pada Sabtu (3/6/2021) pukul 16.00 WIB dan persediaan akan habis pada pukul 18.00 WIB sehingga berisiko terhadap keselamatan pasien yang dirawat, baik pasien Covid-19 maupun non-Covid-19.
Rukmono juga menjelaskan sudah berupaya mengantisipasi maksimal dan melakukan penghematan seoptimal mungkin.
Informasi yang diperoleh kompasid, pasokan oksigen baru tiba di RSUP Dr Sardjito pada Minggu pukul 04.00 WIB dan baru mulai beroperasi normal untuk menyuplai oksigen bagi pasien pada pukul 05.00 WIB.
Meski demikian, selama habisnya pasokan oksigen ini, puluhan pasien telah meninggal.
Faskes kolaps
Melonjaknya kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir berdampak pada meningkatnya tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) dan tingkat kematian.
Tim LaporCovid-19 Said Fariz Hibban mengatakan lonjakan kasus Covid-19 telah menyebabkan banyaknya pasien yang meninggal saat perawatan di RS dan menjalani isolasi mandiri.
Fenomena ini menurutnya menjadi potret nyata kolapsnya fasilitas kesehatan yang menyebabkan pasien Covid-19 kesulitan mendapatkan layanan medis yang layak.
"Situasi ini diperparah oleh komunikasi risiko yang buruk, yang menyebabkan sebagian masyarakat menghindari untuk ke rumah sakit dan memilih isolasi mandiri," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Minggu, (4/7/2021).