Selanjutnya Mulyanto menyayangkan Pertamina dicoret dari list tujuan investasi potensial dari lembaga pemeringkat investasi di New York.
PT Pertamina kini berada di dalam dalam daftar pantauan untuk dihapus dari indeks JPMorgan ESG EMBI.
Indeks ini dibuat perusahaan jasa keuangan dan bank investasi multinasional untuk perusahaan global terkait investasi yang bertanggungjawab secara sosial, lingkungan dan tata kelola yang baik (good governance).
Penurunan skor Pertamina antara lain karena kebakaran kilang di Jawa Barat yang memaksa evakuasi hampir 1.000 orang.
Selain juga terkait soal penyelesaian tumpahan minyak.
"Dan terakhir terkait dengan kinerja impor dan defisit transaksi berjalan sektor migas, yang mau atau tidak terkait dengan kinerja Pertamina," ucapnya.
Baca juga: Pertamina Gandeng Perusahaan Aljazair, Kerjasama Hulu Hingga Hilir Migas
Data BPS memperlihatkan, bahwa sejak tahun 2021 terjadi lonjakan impor dan melebarnya defisit transaksi berjalan sektor migas.
Pada bulan Mei 2021 terjadi lonjakan impor migas menjadi sebesar USD 2.06 milyar. Atau bila dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2020 (y-on-y) meningkat sebesar 212 persen.
Defisit transaksi berjalan untuk sektor migas di bulan Mei 2021 sebesar USD 1.12 milyar. Atau meningkat sebesar 1020 persen (y-on-y). Ini angka yang fantastis.
Meroket lebih dari sepuluh kali lipat.
"Artinya diperkirakan kembali terjadi peningkatan defisit transaksi berjalan sektor migas pada tahun 2021. Padahal Dirut Pertamina optimis tahun 2030 kita berhenti impor migas," pungkas Mulyanto.