Namun, tanpa alat tersebut, kata dia, pasien juga bisa melakukan deteksi tanda-tanda happy hypoxia.
Caranya yakni dengan duduk tegap, dan mengambil napas dalam-dalam sebanyak 2-3 kali.
"Kalau pada orang biasa, tidak ada masalah dengan hypoxia, mestinya tidak masalah."
"Tapi kalau ada risiko ke arah sana ada timbul batuk. Jadi seperti tersedak-sedak. Itu ada tanda-tandanya mengarah ke hypoxia," kata dokter Tonang.
Baca juga: Dokter Sebut Hypoxia Belum Tentu Dialami Pasien Covid-19, Bisa Sembuh dengan Terapi Hidrogen
Baca juga: Apa Itu Proning? Teknik yang Disebut Bisa Membantu Tingkatkan Saturasi Oksigen pada Pasien Covid-19
Dr Fathiyah Isbaniah Sp.P(K), M.Pd. Ked juga menjelaskan, kadangkala seseorang yang mengalami hypoxia tidak merasakan apa-apa di kondisi awal dan belum merasakan sesak.
Ketika kadar oksigen benar-benar sudah rendah, otak tidak merespon hingga oksigen benar-benar drop ke kadar yang sangat rendah.
Jika ini terjadi biasanya fatal, seseorang bisa tidak sadarkan diri bahkan meninggal.
Untuk menghindari hal ini ia menyarankan agar pasien positif Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri juga melakukan pemeriksaan oksigen di dalam darah dengan menggunakan alat pulse oximeter.
"Kalau di rumah sakit pasien diperiksa minimal 2 kali sehari kadar oksigennya. Ketika di rumah sebaiknya juga dilakukan hal yang sama," kata dr Fathiyah saat mengisi acara di Radio Sehat, Selasa (22/9/2020).
Kejadian happy hypoxia tidak hanya dialami pasien Covid-19 tapi juga kadangkala dialami penderita saluran pernafasan lain seperti asma.
Namun seperti juga penyakit pernafasan lain yang belum tentu mengalami hipoxia, pada pasien Covid-19 juga tidak semua mengalami hypoxia.
Jika positif Covid-19 dan telah mengidap penyakit yang berhubungan dengan pernafasan, dianjurkan untuk lebih teliti memantau kadar oksigen dalam darah.
Deteksi ini untuk mencegah terjadinya perburukan yang fatal.
(Tribunnews.com/Latifah/Rina Ayu/Lilis Setyaningsih)
Berita lainnya terkait Penanganan Covid