News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

OTT Menteri KKP

Bacakan Pledoi, Edhy Prabowo Cerita Lika-liku Hidupnya, Sebut Prabowo Subianto sebagai Penyelamat

Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terdakwa kasus suap izin ekspor benih lobster tahun 2020, Edhy Prabowo menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Rabu (28/4/2021). Agenda sidang dengan terdakwa mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) tersebut adalah mendengarkan keterangan saksi. Tribunnews/Irwan Rismawan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo membacakan nota pembelaan atau pleidoi pada Jumat (9/7/2021) malam, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta.

Dalam pleidoinya, eks politikus Partai Gerindra itu mengisahkan perjalanan hidupnya. Termasuk bagaimana ia bertemu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

"Sebelum saya menyampaikan nota pembelaan lebih jauh, izinkan saya bercerita singkat tentang perjalanan hidup saya sebelum akhirnya saya berada di sini (kursi pesakitan)," ucap Edhy.

Edhy berkata bahwa dirinya merupakan orang kampung yang lahir dan tumbuh di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Ia dibesarkan dari keluarga yang sangat sederhana. Bersama empat orang kakak dan empat orang adik.

"Saya menjalani kehidupan dengan segala keterbatasan," kata terdakwa perkara suap ekspor benih bening lobster atau benur itu.

Baca juga: Berumur 49 Tahun dan Punya 3 Anak, Edhy Prabowo Merasa Tuntutan Jaksa KPK Sangat Berat

Meski demikian, Edhy kecil memiliki cita-cita yang cukup besar.

Ia ingin berbakti dan mengabdi kepada Tanah Air, tepatnya menjadi tentara.

Karena itu, pada saat lulus SMA, Edhy mendaftarkan diri menjadi salah satu taruna di Akademi Militer Magelang. 

Edhy Prabowo (Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S)

"Alhamdulillah, Tuhan membuka jalan. Saya terpilih menjadi satu dari ribuan orang yang mendaftar."

"Masih teringat jelas bagaimana rasa haru dan bangga orang tua ketika melihat anaknya bisa melanjutkan pendidikan di Akademi Militer Magelang. Bukan hanya keluarga, rasa bangga itu juga terlihat dari mata kerabat hingga para warga di desa," tuturnya.

Namun, lanjutnya, mimpi terkadang tidak sesuai dengan harapan.

Saat tingkat dua, Edhy bersama dengan beberapa sahabat tidak bisa melanjutkan pendidikan. Mimpi seketika sirna, air mata haru seketika berubah menjadi duka. 

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini