Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pendidikan Penelitian dan Penyuluhan Sosial (BP3S) Kemensos Syahabuddin menilai penyuluh sosial memiliki peran penting dalam penanganan Napza di Indonesia.
Informasi yang disampaikan oleh penyuluh sosial, menurut Syahabuddin, sangat penting bagi masyarakat.
"Penyuluh Sosial merupakan ujung tombak dalam penyampaian informasi kepada masyarakat terkait bahaya penyalahgunaan Napza," ujar Syahabuddin melalui keterangan tertulis, Sabtu (10/7/2021).
Menurutnya, penyuluh sosial harus lebih sering memberikan edukasi mengenai bahaya Napza.
Penyelamatan generasi bangsa dari bahaya Napza tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan juga tugas segenap elemen bangsa.
"Penyuluh sosial harus lebih intensif memberikan edukasi dan mendisemenasi informasi, memberikan layanan responsif maupun asistensi kepada masyarakat,” kata Syahabuddin.
Syahabuddin juga menekankan bagaimana penyalahgunaan narkoba mampu merusak karakter sejati dari bangsa Indonesia.
“Napza adalah penyakit yang harus hilang dari Bumi Indonesia. Penyakit yang mematikan karakter orang Indonesia. Membunuh potensi-potensi pemuda kita untuk menjadi pemimpin ke depan,” kata Syahabuddin.
Saat ini sebanyak 3,6 juta orang menjadi korban penyalahgunaan Napza. Dalam kajian Badan Narkotika Nasional (BNN), angka penyalahgunaan Napza tidak menunjukkan tanda-tanda melandai di era pandemi Covid-19, satu tahun terakhir.
Berdasarkan data BNN, terdapat peningkatan signifikan terhadap jumlah barang bukti Napza yang disita.
Pada tahun 2021 dalam kurun waktu 3 bulan saja, BNN telah menyita sebanyak 808,67 kilogram narkoba jenis sabu dan ganja sebanyak 3.462,75 kilogram.