Selain itu, kata dia, seluruh elemen bangsa ini harus melihat pandemi sebagai masalah kita bersama, bukan masalah pemerintah. "Pandangan keliru semacan itu masih banyak menghantui masyarakat. Ini berbahaya, karena virus terus bermutasi, tapi rakyat tidak bermutasi."
"Jangan saling menyalahkan atau mencari siapa yang salah, tapi sama-sama mencari jalan keluar. Contoh-contoh daerah yang berhasil tangani covid adalah champions yang perlu diikuti daerah lain. Juga, jangan hanya banyak bicara tapi harus lebih banyak bekerja," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Komaruddin Hidayat mengakui bahwa semua negara sama-sama bingung dan melakukan trial and error dalam menghadapi pandemi covid-19.
Tapi bila dilihat dari sisi angka, jumlah kematian sangat kecil bila dibandingkan angka kesembuhan, baik di tingkat nasional maupun global.
"Karena itu, tidak perlu cemas dan takut berlebihan, tapi sebaliknya kita harus opitimistis bahwa yang sehat akan menang," ujarnya.
Ratih Ibrahim, menambahkan, kecemasan yang intes, bahkan ada yang depresi karena pandemi, perlu pendampingan psikologis terutama di kalangan generasi muda yang masih labil dalam menghadapi persoalan.
Mereka perlu diberikan pemahaman yang benar dan luas tentang kenormalan baru.
"Perlu pendekatan dengan bahasa-bahasa yang positif melalui berbagai cara seperti pelatihan, diskusi ilmiah agar ancaman kesehatan fisik oleh virus korona tidak menjalar ke kesehatan psikis. Tentu upaya itu perlu kerja sama dan dukungan lintas lembaga," cetusnya.