TRIBUNNEWS.COM - Banyak amalan yang bisa dilakukan saat memasuki bulan Dzulhijjah, pun demikian pada saat momentum hari raya Idul Adha atau Idul Qurban.
Bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang sangat muia yang mana merupakan bulan dilakukan ibadah haji serta penyembelihan kurban.
Diantara amalan-amalan yang ada, melaksanakan ibadah haji serta melakukan penyembelihan hewan kurban pada Idul Adha 10 Dzulhijjah adalah yang tertinggi.
Selain itu ada pula amalan 9 hari di bulan Dzulhijjah termasuk puasa Arafah.
Dalam momentum hari raya idul adha pada 10 Dzulhijjah, masih ada banyak amalan yang bisa dilakukan oleh kaum muslimin.
Dalam buku Himpunan Putusan Tarjih tentang Tuntunan Idain dan Qurban yang disusun Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dijelaskan, diantaranya berikut ini amalan sunah dalam momentum Idul Adha.
Baca juga: Masa PPKM Darurat, Menteri Agama Minta Takbiran dan Salat Iduladha di Rumah Saja
1. Mengumandangkan Bertakbir
Mengumandang takbir atau takbiran pada hari raya Idul Adha adalah sesuatu yang disyariatkan oleh agama.
Pada hari raya idul adha, kumandang takbir yang digemakan adalah takbir mursal dan takbir muqayyad.
Pada takbir mursal idul adha, dilakukan setelah matahari terbenam pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga khatib selesai khutbah pada salat Id.
Sedangkan, untuk takbir muqayyad dikumandangkan mulai dari subuh dari tanggal 9 Dzulhijjah, mulai dilakukannya Puasa Arafah hingga setelah asar pada akhir hari Tasrik atau 13 Dzulhijjah.
Antara takbir mursal dan takbir muqayyad, keduanya tidak ada perbedaan lafadz.
Dalam masa pandemi ini, tentu pelaksanaan takbiran tetap harus memegang prinsip protokol kesehatan.
Takbiran bisa dilakukan di rumah saja tanpa perlu dilakukan beramai-ramai, sehingga dengan demikian masih bisa melakuakan sunnah meski dalam situasi pandemi.
Baca juga: Lafadz Bacaan Takbiran Idul Adha, Berikut Waktu Pelaksanaan Takbir dan Tata Caranya
Baca juga: NIAT Puasa Arafah Besok Senin 19 Juli 2021, Ini Keutamaannya
2. Mandi dan Berhias Memakai Pakaian Bagus saat Salat Idul Adha
Orang yang menghadiri salat Idul Adha baik laki-laki maupun perempuan dituntunkan agar berpenampilan rapi.
Yaitu berhias, memakai pakaian bagus (tidak harus mahal, yang penting rapi dan bersih), dan wangi-wangian sewajarnya.
Tentu sebelumnya juga mesti membersihkan diri dengan cara mandi.
Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya, Nabi saw selalu memakai wool (Burda) bercorak (buatan Yaman) pada setiap ‘Id. (HR. Asy-Syafi’i dalam kitabnya Musnad asy-Syafi’i).
Diriwayatkan dari Zaid bin al-Hasan bin Ali dari ayahnya ia mengatakan, "Kami diperintahkan oleh Rasulullah saw pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) untuk memakai pakaian kami terbaik yang ada, memakai wangiwangian terbaik yang ada, dan menyembelih binatang kurban tergemuk yang ada (sapi untuk tujuh orang dan unta untuk sepuluh orang) dan supaya kami menampakkan keagungan Allah, ketenangan dan kekhidmatan." (HR. Al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak, IV: 256).
Baca juga: 35 LINK Twibbon untuk Buat Kartu Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha 1442 H, Selasa 20 Juli 2021
3. Tidak Makan sejak Fajar Sampai Selesai Salat Idul Adha
Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya (yaitu Buraidah bin alHusaib) ia berkata, "Rasulullah saw pada hari Idul Fitri tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Adha tidak makan sehingga selesai salat." (HR. AtTirmizi).
Esensi dianjurkan makan sebelum berangkat salat Idul Fitri adalah agar tidak disangka hari tersebut masih hari berpuasa.
Sedangkan untuk shalat Idul Adha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu adalah agar daging kurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah shalat Id.
Dengan tidak makan terlebih dahulu sebelum shalat Idul Adha, maka seseorang akan lebih bersemangat dan bersegera dalam menyembelih hewan kurban dan menikmatinya bersama-sama.
4. Berangkat dan Pulang Melewati Jalan yang Berbeda
Bagi masyarakat yang wilayahnya tak diterapkan PPKM dan bisa melakukan shalat Ied di tanah lapang atau masjid, maka bisa menjalankan sunnah ini.
Disunnahkan untuk melewati jalur yang berbeda saat berangkat dan pulang dari shalat Ied.
Ini seperti dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
"Nabi saw mendatangi shalat Id berjalan kaki dan beliau pulang melalui jalan lain dari yang dilaluinya ketika pergi". (HR. Ibnu Majah)
Di antara hikmah kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membedakan antara jalan pergi dan pulang adalah agar banyak bagian bumi yang menjadi saksi bagi kita ketika beramal.
Baca juga: Adab Tata Cara Penyembelihan Hewan Kurban sesuai Sunnah, Hadap ke Kiblat dan Baca Doa Berikut
5. Menghadiri Salat Id
Menghadiri salat Id merupakan satu sunah tersendiri.
Idul Adha merupakan peristiwa penting dan hari besar Islam yang penuh berkah dan kegembiraan.
Oleh karena itu, pelaksanaan salat ini dihadiri oleh semua orang Muslim, baik tua, muda, dewasa, anak-anak, laki-laki, dan perempuan.
Bahkan perempuan yang sedang haid, juga diperintahkan oleh Nabi saw supaya hadir.
Hanya saja mereka tidak ikut salat dan tidak masuk ke dalam shaf salat, namun ikut mendengarkan pesan-pesan Idul Adha yang disampaikan oleh khatib.
Diriwayatkan dari Ummu ‘Athiyah al-Anshariyah ia berkata, "Rasulullah saw memerintahkan kami untuk menyertakan gadis remaja, wanita yang sedang haid, dan wanita pingitan. Adapun wanita yang sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat salat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya dan dakwah yang disampaikan khatib bersama kaum muslimin." (HR. Ahmad)
Dalam kaitan masa pandemi, Menteri Agama meminta Khatib menyampaikan khutbah Idul Adha dengan durasi maksimal 15 (lima belas) menit dan mengingatkan untuk tetap menjaga prokes.
6. Berkurban
Menyembelih hewan kurban termasuk amal saleh yang paling utama saat Idul Adha.
Ibadah kurban ini meneladani Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as. yang taat mematuhi perintah Allah SWT.
Penyembelihan hewan kurban kurban dilaksanakan selama 4 hari, yaitu pada 10 Dzulhijjah (hari nahar) dan 11 hingga 13 Dzulhijjah (hari tasyrik).
Hewan yang disembelih dalam kurban diutamakan domba, hal ini berdasar riwayat yang menerangkan bahwa penyembelihan terhadap Nabi Ismail diganti seekor domba jantan dari surga.
Nabi berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. [Muttafaq ‘Alaihi]
Namun demikian, selain domba lazimnya hewan untuk berkurban dapat berupa unta atau sapi.
(Tribunnews.com/Tio)