TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini telah memasuki tahun kedua, dan belum ada tanda-tanda menunjukkan kapan krisis berlarut ini akan berakhir.
Namun, masyarakat tetap merayakan Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah dengan tradisi berkurban.
Sebab, tetap tradisi berkurban merupakan perwujudan spirit berbagi, yang tidak memandang situasi krisis berlarut atau tidak.
Masyarakat tetap saling mencintai dan saling menopang, meski negara sedang goyah dihantam badai krisis.
"Alhamduillah saya telah menyalurkan 3 ekor sapi di tiga tempat di sekitar kediaman saya. Ternyata di tiga tempat yang terdiri dari dua RT (Rukun Tetangga) ini saja, ada sekitar 20 sapi kurban. Ini sangat mengagetkan, karena terjadi di tengah krisis," ujar Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia dalam keterangannya, Kamis (22/7/2021).
Menurut Anis Matta, hal ini merupakan suatu pertanda bahwa tradisi berkurban telah merasuk ke dalam jiwa masyarakat sedemikian kuatnya. Bahkan krisis pun tidak bisa menghentikan, dan malah sebaliknya, krisis ini memicu mereka untuk berkurban lebih banyak.
"Kalau ada yang bisa kita pahami dari situasi seperti itu, adalah merupakan suatu pertanda , bahwa masyarakat kita ini kuat dan solid. Mereka saling mencintai, mereka berbagi," ujarnya.
Baca juga: Ketua Majelis Syura PKS: Orang yang Berkurban Saat Idul Adha Siap Berkorban untuk NKRI
Anis Matta menilai tradisi berkurban tradisi berbagi, yang tidak melihat agama maupun etnisnya. Sehingga dengan tradisi berbagi tersebut, maka rakyat memiliki kekuatan tersendiri dalam menghadapi krisis berlarut saat ini
"Saya yakin pada dasarnya rakyat kita memiliki kekuatan untuk menghadapi masalahnya sendiri. Bahkan ketika negara menghadapi krisis yang jauh lebih besar dari kapasitasnya untuk menyelesaikannya," ujat Anis Matta.
Ketua Umum Partai Gelora Indonesia berharap bahwa tradisi berkurban bisa dikukuhkan sebagai solusi untuk mengatasi krisis berlarut akibat pandemi Covid-19 ini.
"Melalui memomentum ini, kita ingin sekali lagi mengkukuhkan tradisi berkurban. Ini sekaligus menunjukkan, bahwa rakyat dengan rakyat bisa menyelesaikan masalahnya sendidiri," tandasnya.
Anis Matta menegaskan, makna dari berkurban itu adalah sebuah pengorbanan. Prinsipnya kesejahteraan tersebut tidak hanya dinikmati sekelompok kecil saja, melainkan juga oleh semua orang, baik si kaya dan juga si miskin dengan tradisi berkurban tersebut.
"Kita mendapatkan satu kenyataan baru, bahwa berbagi itu membuat kita lebih kuat. Inilah sistem yang dicari oleh dunia sekarang, tidak membedakan agama dan negara, serta bersifat multi etnis yang memungkinkan kita sejahtera secara kolektif dan menjadi masyarakat modern," pungkasnya.