TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menyikapi polemik pengecatan pesawat kepresidenan yang merubah warna biru-putih menjadi merah-putih.
"Kami tegaskan bahwa kritiknya bukan pada persoalan dirubahnya warna biru menjadi warna merah, bukan persoalan politik warna atau warna sebagai identitas politik," kata Kamhar di Jakarta, Rabu (4/8/2021).
Kamhar mengatakan kritiknya jauh lebih subtantif dimana situasi objektif bangsa kita saat ini sedang prihatin akibat terpaan badai pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan dan malah terus melonjak.
"Di sisi lain keterbatasan anggaran negara. Namun pemerintah malah lebih memperhatikan dandanan atau sibuk bersolek," kata Kamhar.
Baca juga: Hindari Polemik di Tengah Pandemi, PAN Minta Istana Jelaskan Maksud Pesawat Kepresidenan Dicat Ulang
Baca juga: Istana Bantah Foya-foya Cat Ulang Pesawat Kepresidenan
Kamhar mengatakan pemerintah sungguh tak punya sensitifitas dan empati dalam menilai situasi dan tak punya kebijaksanaan dalam mengalokasikan anggaran.
"Buta mata dan buta hati," kata dia.
Apalagi, menurut Kamhar, jika argumentasinya bahwa perubahan warna pesawat kepresidenan RI ini telah direncanakan sejak jauh-jauh hari, sejak 2019.
"Semakin menunjukan kebodohan dan ketidakpekaan untuk memahami bahwa negara kita tengah mengalami krisis yakni krisis kesehatan dan krisis ekonom," kata Kamhar.
Menurut dia, dalam situasi krisis diperlukan manajemen dan pengelolaan pemerintahan mesti disesuaikan termasuk dalam mekanisme pengalokasian dan penggunaan anggaran yang telah direspon melalui UU No. 2 Tahun 2020 dimana otoritas anggaran sepenuhnya oleh eksekutif agar lebih cepat dalam mengkonsolidasikan sumberdaya keuangan dalam mengatasi krisis kesehatan dan krisis ekonomi.
"Namun yang dipertontonkan sungguh berbeda, malah mengalokasikan anggaran untuk pengecatan pesawat yang sama sekali tak ada pentingnya malah tak berhubungan sama sekali dengan upaya mengatasi krisis kesehatan dan krisis ekonomi," tegas Kamhar.
Baca juga: Istana Beberkan Anggaran Cat Ulang Pesawat Kepresidenan RI
Dikatakan bahwa memaksakan tetap menjalankan program yang disusun diwaktu normal dalam situasi krisis adalah bentuk kebodohan yang nyata.
"Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosionalnya patut dipertanyakan," katanya.
"Adapula wacana aji mumpung yang menyampaikan bahwa berhubung pesawat kepresidenan sedang di service jadi sekaligus dilakukan pegecatan biar lebih murah," kata Kamhar menambahkan.
Menurut dia ini sesuatu yang miris, ini narasi nir nalar yang tak mampu menentukan skala prioritas.