TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengapresiasi inisiasi PDI Perjuangan (PDIP) yang meluncurkan Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya Geo-Hidrometeorologi.
Sebab Indonesia memang memerlukan pembangunan budaya mitigasi bencana alam yang rawan terjadi.
Hal itu diungkapkan Dwikorita saat menyampaikan pidatonya di acara launching sistem yang digelar secara virtual dari Kantor Pusat PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (4/8/2021).
Di acara itu, hadir Ketua Umum PDIP Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto, beserta jajaran DPP PDIP lainnya.
Dwikorita awalnya berterima kasih kepada Megawati dan jajarannya yang berjasa mendorong pembangunan BMKG hingga saat ini menjadi badan independen yang berada langsung di bawah presiden.
Megawati juga bukan sosok yang hanya bicara, namun memberi teladan langsung turun menangani penanganan bencana.
"Ini berpengaruh terhadap spirit kami, sehingga setiap bencana kami merasa itu yang harus dilakukan, pemimpin tertinggi harus turun langsung tak memberi perintah dari balik meja," kata Dwikorita.
Berdasarkan pengalaman lapangan, pihaknya juga merasa bagaimana para kepala daerah dari PDIP sangat terbuka dan membantu ketika ada penugasan lapangan BMKG di berbagai wilayah di Indonesia.
Dan atas pengalaman dari berbagai daerah itu, BMKG bisa melihat betapa pentingnya membangun budaya kesiapsiagaan menghadapi berbagai bencana yang mengancam Indonesia.
Baca juga: Pengalaman Megawati 10 Hari Menginap di Kapal Perang Saat Tangani Bencana Alam
Tahun ini saja, di awal tahun ada gempa bumi, banjir di Kalimantan, yang menuntut kesiapsiagaan.
"Maka sistem peringatan dini yang akan dilaunching, sangat kami dukung," katanya.
Dijelaskannya, Indonesia berada di wilayah cincin api (ring of fire), dan wilayah tumbukan lempeng tiga arah, berada di wilayah diantara dua samudra serta dua benua.
Akibatnya, Indonesia rentan gempa, rentan terdampak perubahan iklim dan cuaca, rentan terkena perubahan muka air laut, hingga muka air laut mudah mengalami pemanasan.
BMKG sendiri, sesuai arahan Megawati, terus belajar dari negara yang maju dalam hal penanganan bencana. Misalnya dari Jepang, yang berdasarkan penelitian, memiliki tingkat keselamatan masyarakat yang tinggi saat gempa terjadi. Riset menunjukkan, 95 persen warga yang selamat justru karena kemampuan sendiri, bukan karena ditolong oleh petugas pemerintah.