Mengutip Tribunnews, Pakar Komunikasi Politik, Lely Arrianie, menanggapi tren baliho tokoh partai politik, seperti Puan Maharani dan Airlangga Hartarto.
Baca juga: Kapitra Ampera Nilai Polemik Baliho Puan Dibesar-besarkan, Singgung Peran UMKM yang Dihidupkan
Baca juga: PPKM Level 4 Diperpanjang, Puan Ajak Jaga Momentum Baik
Ia menilai, pemasangan baliho tokoh politik di tengah pandemi Covid-19 merupakan tindakan kurang pantas,
"Yang menjadi persoalan ketika mereka menjual diri secara politik dalam situasi yang kita hadapi ini, berbeda dari momen politik yang ada selama ini."
"Kita tengah menghadapi pandemi, yang menjadi pertanyaan siapa wajah di balik baliho itu? Wajahnya adalah wajah-wajah yang sudah sangat dikenal."
"Mereka orang-orang yang sebenarnya tidak perlu dipromosikan lagi. Jadi artinya, tidak lebih penting dari fenomena pandemi sendiri," kata Lely, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Rabu.
Ia meyakini ada tokoh penggagas di balik pemasangan baliho para tokoh.
Meski begitu, menurutnya para kader partai politik tak berani melarang.
Pasalnya, kata Lely, komunikasi partai politik di Indonesia saat ini masih dipengaruhi tindakan paternalisme.
"Sebenarnya di balik mereka yang beriklan itu ada tokoh-tokoh partai yang menjadi penggagas. Tapi jangan lupa model komunikasi politik kita masih dibatasi oleh situasi yang bersifat paternalisme."
"Jadi mereka tidak berani ngomong ke ketua partai untuk jangan dulu iklannya dipajang, karena ada sifat ewuh pakewuh di antara orang-orang di partai politik itu sendiri."
"Apalagi kalau yang menjadi penggagas ketua tertinggi partai," pungkasnya.
Baca juga: Baliho Tokoh Parpol Ramai Terpasang di Masa Pandemi, Pakar Nilai Para Kader Tak Berani Melarang
Baca juga: Alasan di Balik Pemasangan Baliho Airlangga Hartarto, Golkar: Sudah Program Jauh-jauh Hari
Elektabilitas Tokoh Parpol di Tengah Perang Baliho
Elektabilitas Puan Maharani dan Airlangga Hartarto masih tertinggal jauh dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di tengah perang baliho para tokoh politik.
Hasil elektabilitas ini berdasarkan survei yang dilakukan New Indonesia Research & Consulting sejak Mei 2021.