Bertahan di Tengah Pandemi
Perjuangan kelompok ini dalam membudidayakan mangrove mulai terlihat pada 2018. Sekarang, kelompoknya sudah bisa membudidayakan bibit mangrove secara mandiri.
"Ketika Stylosa-nya berbuah kita cepat panen dan budidayakan," ujar dia.
Selama proses pembibitan itu, para anggota Seberang Bersatu juga sudah memiliki pemahaman mengenai jenis mangrove apa yang cocok di lokasi tertentu.
Contohnya AirNav Indonesia menggelar penanaman 5.000 mangrove.
"85 persen tumbuh semua," kata dia.
Puncaknya, Kelompok Seberang Bersatu mendapat izin usaha pemanfaatan (IUP) hutan lindung seluas 757 hektare di lahan bekas tambang timah pada 2019.
Lahan itu dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata Hutan Kemasyarakatan (HKm) Juru Seberang.
Kini, pada masa pandemi Covid-19, Jufri dan kelompoknya memutar otak.
Selama PPKM Kawasan HKm Juru Seberang tak bisa mendapat wisatawan. Tentunya menyulitkan masyarakat.
Jufri mengatakan, menjadi kelompok pelaksana penanaman mangrove Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun ini, membawa angin segar bagi masyarakat.
Warga yang menanam mangrove bisa mendapat upah harian.
"Alhamdulillah rencana kita menanam mangrove sekarang terwujud, juga warga yang tidak mendapat pekerjaan bisa mengais rupiah dari penanaman mangrove," ucap Ketua Kelompok Perhutanan Sosial (KUPS) Penanaman Mangrove ini.
Luasan areal penanaman bibit mangrove yang akan dilakukan kelompok bersama 40 warga desa sekitar 20 hektare. Sejauh ini, telah dilakukan penanaman pada areal seluas 10 hektare.