Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Kepala Staf Presiden Moeldoko mengatakan sikap pemerintah sangat jelas terhadap tindakan radikalisme dan terorisme.
Pernyataan Moeldoko tersebut menyinggung munculnya kekhawatiran akan bangkitnya sel terorisme di Indonesia setelah Taliban menguasai Afghanistan.
Untuk diketahui Jamaah Islamiyah yang kerap melakukan aksi teror di Indonesia adalah kelompok yang berafiliasi dengan jaringan teroris Al Qaeda pimpinan Osama Bin Laden yang dekat dengan Taliban.
"Sikap dasar pemerintah kita sangat clear terhadap tindakan-tindakan terorisme dan tindakan-tindakan radikalisme, sangat jelas pemerintah," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Rabu, (18/8/2021).
Moeldoko enggan berkomentar mengenai sikap pemerintah Indonesia terhadap kondisi di Afghanistan yang kini di kuasai kelompok Taliban.
Termasuk apakah pemerintah akan mengakui Afghanistan di bawah kendali Taliban atau tidak.
Baca juga: Wali Kota Perempuan Afghanistan Pasrah Jika Dibunuh Taliban Saya Duduk di Sini Menunggu Mereka
Menurut Moeldoko masalah tersebut menjadi kewenangan Kementerian Luar Negeri.
"Saya tidak mau mendahului, bidang tugasnya Menlu saya mohon nanti menanyakan kepada Menlu," katanya.
Sebelumnya, eks Wakil Presiden Indonesia (RI), Jusuf Kalla (JK) percaya saat ini Taliban lebih moderat ketimbang 20 tahun yang lalu, yang begitu sangat konservatif dan memaksa pemerintah dengan keras.
“Saya yakin Taliban itu banyak berubah tidak seperti waktu di pemerintahan dia yang pertama, antara tahun 1996 hingga 2001. Saya kira dia lebih terbuka,” kata JK pada konferensi pers, Senin (16/8/2021).
JK menceritakan bahwa ia pernah 2 kali mengundang perwakilan Taliban ke Jakarta untuk melihat bahwa Islam bisa berkembang di negara Indonesia secara moderat.
Baca juga: Pemimpin Taliban Telah Kembali dari Pengasingan, Siap Bentuk Pemerintahan di Afghanistan
Saat itu, perwakilan Taliban sangat kagum melihat muslim di Indonesia bisa menjalankan ibadah dengan cara yang baik, tidak perlu menggunakan cara yang konservatif.
“Dia mengunjungi pesantren-pesantren. Satu tujuannya ialah untuk mengubah cara berpikir mereka agar terbuka,” ujarnya.