TRIBUNNEWS.COM - Microsleep dapat menyerang siapa saja dalam keadaan apapun, misalnya ketika duduk maupun berkendara.
Microsleep dalam bahasa Indonesia artinya tertidur dengan waktu yang singkat.
Sekilas, microsleep tidak berbahaya, namun mengabaikan kondisi ini pada waktu yang tidak tepat dapat mengancam keselamatan banyak orang.
Seseorang yang mengalami microsleep dapat membahayakan diri sendiri ketika berkendara, terutama ketika lalu lintas di jalan cukup ramai.
Kemungkinan orang yang mengalami microsleep dapat tibat-tiba tertidur pada saat-saat tertentu.
Baca juga: Mengenal Kanker Prostat, Berikut Gejala, Penyebab, dan Cara Pengobatannya
Lalu, apa itu sebenarnya Microsleep?
Melansir WebMD, Microsleep merupakan durasi tidur yang berlangsung kurang dari 30 detik.
Seseorang yang mengalami microsleep sering tidak sadar telah tertidur selama 30 detik.
Ketika terjadi microsleep, kesadaran dalam otak membalik dengan cepat, antara tertidur dan terjaga.
Setiap periode tidur dalam microsleep hanya berlangsung beberapa detik.
Sedangkan, satu periode tidur perlu berlangsung setidaknya satu menit sebelum otak dapat mencatatnya.
Dikutip dari Sleep Foundation, selama episode microsleep, gelombang otak yang diukur dengan electroencephalogram (EEG) terasa melambat.
Pemindaian otak yang dilakukan menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI).
Microsleep melibatkan aktivitas otak yang berbeda dari tidur biasa.
Selama microsleep, sebagian besar otak yang (seharusnya) dinonaktifkan selama tidur tetap aktif, termasuk area otak yang didedikasikan untuk tetap terjaga.
Otak juga merespons suara secara berbeda selama microsleep, jika dibandingkan saat terjaga atau tidur.
Otak memiliki reaksi sebagai respons terhadap suara selama microsleep, tetapi pola reaksinya tidak sama dengan yang ditemukan saat seseorang terjaga.
Misalnya, selama microsleep, otak tidak dapat membedakan antara suara dengan nada yang berbeda.
Baca juga: Mengenal Apa Itu No Nut November, Tantangan untuk Tidak Ejakulasi Selama Satu Bulan
Gejala Microsleep
Dikutip dari Sleep Foundation, berikut beberapa gejala Microsleep:
1. Menutup sebagian atau seluruh mata
Gejala umum terjadinya microsleep adalah seseorang yang tertidur dengan sebagian atau seluruh mata tertutup.
Kondisi lain yang dapat diamati langsung adalah kepala yang mengangguk.
Orang yang mengalami microsleep tidak selalu menyadari dirinya tertidur sebentar.
2. Kurang perhatian terhadap hal sekitar
Orang yang mengalami microsleep biasanya mulai kehilangan perhatian pada hal-hal yang terjadi di sekitarnya, misalnya berkurangnya rangsangan eksternal seperti suara maupun isyarat visual.
3. Mengatupkan mata dengan lambat
Orang yang mengalami microsleep cenderung mengatupkan mata lambat ketika menjelang tertidur.
Kelopak mata akan terkulai dengan lambat karena dilatasi pupil mulai mengindikasikan microsleep.
4. Hilangnya kontrol otot secara singkat
Seseorang mulai kehilangan kontrol otot mereka ketika mengalami microsleep.
Hal ini mengindikasikan seseorang mulai tertidur.
Kemungkinan hal ini daapt dilihat dari intensitas kedipan, perubahan detak jantung, dan gerakan roda kemudi pada kendaraan dapat mendeteksi seseorang yang mengalami microsleep.
Baca juga: Mengenal Gangguan Mental Skizofrenia: Pengertian, Gejala dan Langkah Pengobatan yang Tepat
Penyebab Microsleep dan Cara Mencegahnya
1. Kurang tidur atau terlalu lama tidur
Microsleep dapat diakibatkan seseorang kurang tidur atau terlalu lama tidur.
Gangguan tidur ini menyebabkan seseorang dapat tertidur dengan singkat.
2. Gangguan tidur karena bekerja sistem shift
Orang dengan gangguan tidur kerja shift kemungkinan dapat mengalami microsleep.
3. Melakukan hal monoton atau berulang
Orang yang melakukan sesuatu yang monoton atau berulang-ulang beresiko terkena microsleep karena otak merasa lelah dan bosan.
Tidak ada pengobatan resmi yang dapat menyembuhkan microsleep karena kondisi ini juga tidak dikategorikan sebagai gangguan tidur.
Microsleep berhubungan dengan kualitas tidur seseorang, jadi hal paling mendasar yang dapat dilakukan adalah membenahi kualitas tidur dengan baik.
Selain itu, jika hendak melakukan perjalanan jauh yang mengharuskan terus terjaga, maka dapat mempersiapkan fisik yang sehat dan tidur yang cukup.
Jika mengendarai kendaraan dalam waktu yang lama, sebaiknya beristirahat di rest area untuk mendapatkan tidur dan energi yang cukup.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Gangguan Tidur