TRIBUNNEWS.COM - Hari Pahlawan diperingati untuk mengenang jasa para pahlawan Indonesia yang telah gugur di medan perang.
Hari Pahlawan ditetapkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional.
Sejarah Hari Pahlawan
Dikutip dari Bobo.id, pada 10 November 1945, kala itu para pemuda-pemuda Surabaya terlibat pertempuran dengan tentara Belanda.
Peristiwa diawali karena datangnya tentara sekutu yang menyerang Surabaya pada bulan Oktober 1945.
Tentara Sekutu melakukan aksi seremonial dengan berjalan ke berbagai sudut kota untuk melihat situasi.
Baca juga: Panduan Doa Ziarah Nasional Hari Pahlawan 10 November 2021, untuk Agama Khonghucu
Kemudian pada 30 Oktober 1945, perwira kerajaan Inggris itu meninggal akibat mobil yang ditumpanginya hangus terbakar.
Namun penyebab meninggalnya Jenderal Mallaby, hingga saat ini masih belum ada penjelasan pasti.
Kasus meninggalnya Mallaby itulah yang memicu kemarahan dari tentara Sekutu.
Lalu pada 9 November 1945, tentara Sekutu mengeluarkan peringatan kepada warga Surabaya melalui selebaran kertas.
Peringatan itu berisi tentang tuntutan agar warga Surabaya menyerahkan semua senjata kepada tentara Sekutu sebelum pukul 06.00 pagi hari berikutnya, 10 November 1945.
Dan akhirnya terjadilah pertempuran antara keduanya, di Surabaya pada 10 November.
Baca juga: 5 Lagu Bertema Ayah yang Cocok Dinyanyikan untuk Sambut Hari Ayah Nasional
Kota Surabaya bukan hanya menjadi tempat bersejarah bagi masyarakat Indonesia, namun juga menjadi saksi bisu Hari Pahlawan.
Terdapat empat tempat bersejarah yang menjadi saksi bisu peristiwa 10 November, yang kini telah bertransformasi menjadi tempat wisata di Kota Surabaya.
Dikutip dari Tribun Travel dan Tribunjatim.com, inilah 4 tempat yang memiliki nilai bersejarah di Kota Surabaya, Jawa Timur:
1. Tugu Pahlawan
Tugu Pahlawan merupakan sebuah monumen yang jadi bangunan iconic di Kota Surabaya.
Tugu Pahlawan terletak di tengah Taman Kebonrojo, di seberang kantor Gubernur Jawa Timur.
Tinggi monumen Tugu Pahlawan adalah 41,15 meter dan berbentuk seperti lingga atau paku terbalik.
Monumen ini dibangun dengan bentuk lengkungan-lengkungan sejumlah 10 lengkungan yang terbagi atas 11 ruas.
Bentuk bangunan dari Tugu Pahlawan ini memiliki makna tersirat yaitu tinggi, ruas, dan lengkungannya mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945 yang mengartikan tragedi 10 November 1945 yang bersejarah.
Tugu Pahlawan dibangun untuk memperingati peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Masyarakat Surabaya berjuang melawan pasukan Sekutu bersama Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia.
Monumen Tugu Pahlawan menjadi pusat perhatian setiap tanggal 10 November mengenang peristiwa pada tahun 1945 ketika banyak pahlawan yang gugur dalam perang kemerdekaan.
Monumen ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1952.
Di dekat tugu ini terdapat sebuah museum, letaknya di bawah piramida yang terbuat dari kaca.
Patung peraga dan ukiran yang menggambarkan peristiwa 10 November 1945, koleksi pidato Bung Tomo dan rekaman suara Bung Tomo saat menolak ultimatum tentara Sekutu yang mengharuskan rakyat Surabaya menyerah, semua benda bersejarah ini disimpan di tempat tersebut.
Baca juga: 5 Lagu Bertema Ayah yang Cocok Dinyanyikan untuk Sambut Hari Ayah Nasional
2. Gedung Internatio
Gedung Internatio adalah gedung bersejarah di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Setelah pasukan Sekutu mendarat di Tanjung Perak, mereka langsung menguasai gedung ini dan gedung ini menjadi markas para tentara sekutu.
Gedung yang menjadi markas sekutu ini dahulu bernama Internatio Willamplein yang kemudian berganti menjadi Gedung Internatio.
Pada tanggal 10 November menjadi sejarah penting bagi Gedung Internatio.
Di gedung ini terjadi peristiwa yang memicu pertempuran besar 10 November.
Pada tanggal 28-30 Oktober 1945 gedung ini dikepung pejuang-pejuang Indonesia.
Banyak orang yang mengira, Mallaby tewas di Jembatan Merah, tapi sebenarnya peristiwa ini terjadi di sekitar area Gedung Internatio yang dibangun tahun 1920.
Kematian Mallaby menjadi awal meletusnya pertempuran 10 November 1945.
3. Hotel Majapahit
Hotel Majapahit merupakan hotel mewah bersejarah di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Hotel Majapahit dulunya bernama LMS, Lalu Hotel Oranje dan kemudian berganti menjadi Hotel Yamato dan Hotel Hoteru.
Hotel ini menjadi tempat bersejarah di Kota Surabaya pada masa jaman perang dan penjajahan.
Di Hotel Majapahit tersebut terjadi momen menegangkan yaitu pada 19 September 1945 terjadi Insiden Bendera.
Insiden bendera bermula saat sekelompok orang Belanda yang dipimpin Mr. Ploegman mengibarkan bendera Merah Putih Biru di puncak sebelah kanan hotel.
Para pejuang Indonesia bernama Hariyono dan Koesno Wibowo melakukan perobekan warna biru pada bendera Belanda, yang berwarna merah, putih dan biru.
Maka bendera yang terpajang pada saat itu menjadi merah putih atau menjadi warna bendera Republik Indonesia.
Insiden bendera itu juga mengakibatkan terbunuhnya Mr. Ploegman.
Hotel Majapahit yang dibangun pada tahun 1910 dan menjadi salah satu hotel bintang limadi Kota surabaya.
Hingga saat ini Hotel Majapahit masih didominasi oleh bangunan aslinya sejak dahulu kala, namun hanya terdapat beberapa bangunan luar dan unsur interiornya yang sudah direnovasi.
Baca juga: Panduan Doa Ziarah Nasional Hari Pahlawan 10 November 2021, untuk Agama Budha
4. Jembatan Merah
Jembatan Merah adalah salah satu monumen sejarah di Surabaya, Jawa Timur.
Jembatan ini berdiri seperti adanya sebagai jembatan pada umumnya.
Jembatan Merah semasa zaman VOC dahulu dinilai penting karena menjadi sarana perhubungan paling vital melewati Kalimas menuju Gedung Karesidenan Surabaya, yang sekarang sudah tidak berbekas lagi.
Jembatan merah berperan penting saat perperangan terjadi, karena masyarakat Surabaya saat itu bertahan di kawasan Jembatan Merah untuk melawan tentara Belanda dan Sekutu.
Kawasan Jembatan Merah merupakan daerah perniagaan yang mulai berkembang sebagai akibat dari Perjanjian Paku Buwono II dari Mataram dengan VOC pada 11 November 1743.
Sejak saat itulah Surabaya berada sepenuhnya dalam kekuasaan Belanda.
Perubahan fisiknya terjadi sekitar tahun 1890-an, pagar pembatas diubah dari bentuk yang semula berbahan dasar kayu, diubah menjadi besi.
Jembatan inilah yang menghubungkan Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun di sisi utara Surabaya.
(Tribunnews.com/Oktavia WW)(Bobo.grid.id/Cirana Merisa)(TribunJatim/Pipin Tri Anjani)(TribunTravel/Gigih Prayitno)
Berita lain terkait Hari Pahlawan