Oleh karena itu, Ahmad Dahlan lalu memberikan pengertian keagamaan di rumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan pedagang.
Awalnya, ajaran tersebut ditolak.
Namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya.
Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung upayanya dalam dakwah sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa.
Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah.
Hingga kini, Muhammadiyah telah ada di seluruh pelosok tanah air Indonesia.
Selain memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, Ahmad Dahlan juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut “Sidratul Muntaha”.
Pada siang hari, pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan.
Sedangkan, pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.
KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan.
Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.
Rapat Tahunan tersebut kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.
Arti Nama Muhammadiyah
Kata ”Muhammadiyah” menurut bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”.