TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahasiswa yang sempat berdebat dan pertanyakan kompetensi Anggota DPR RI Dedi Mulyadi memungut sampah di Pasar Rebo Purwakarta akhirnya buka suara.
Mahasiswa yang bernama Yudha tersebut mengakui saat itu dirinya panik.
Hal itu dituliskan sang mahasiswa di akun Facebook Yudha Dawami Abdas.
Sosok Yudha sendiri jadi viral setelah memprotes Kang Dedi yang sedang membersihkan sampah di Pasar Rebo Purwakarta, Jawa Barat.
Saat itu Yudha menanyakan kewenangan dan kompetensi Kang Dedi membersihkan sampah di pasar.
Kang Dedi sempat geram menghadapi Yudha yang banyak berteori.
Apalagi Yudha mengklaim dirinya mewakili warga Purwakarta.
Mantan Bupati Purwakarta itu bahkan berulangkali menyebut gaya bicara Yudha terlalu ketinggian dan angkuh.
"Anda gak punya malu. Anda jangan ketinggian ngomong," ujar Dedi saat itu dikutip dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel.
Tak hanya sekali, Kang Dedi beberapa kali menegur keras Yuda yang dianggapnya angkuh.
"Saya sebagai warga Purwakarta bareng bersama ikatan pasar membersihkan sampah. Salahnya apa? Justru Anda harus malu, orang setingkat saya Dedi Mulyadi, wakil Ketua Komisi IV mau mungut sampah, mau bersihkan lingkungan. Orang yang baru mahasiswa kaya anda lagunya udah kaya menteri," begitulah salah satu ucapan yang diluapkan Kang Dedi kepada Yudha.
Usai video perdebatannya viral, Yudha akhirnya meminta maaf.
"Saya atas nama pribadi minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Kang Haji Dedi Mulyadi," tulis Yudha dalam akun Facebooknya pada Kamis 18 November 2021.
Menurut Yudha, dirinya sama sekali tak bermaksud untuk menjatuhkan nama baik Kang Dedi, apalagi sampai berniat pansos.
"Tidak ada maksud untuk untuk menjatuhkan Kang Dedi atau numpang tenar sama Kang Dedi," tuturnya.
Dia mengatakan, alasannya menegur Kang Dedi yang saat itu sedang membersihkan Pasar Rebo Purwakarta yakni ingin mempertanyakan perihal relokasi pedagang pasar.
"Hanya ingin mempertanyakan perihal relokasi pedagang pasar di pasar-pasar sebelumnya yang belum jelas gimana mereka ke depannya setelah direlokasi apakah tetap bisa mencari penghasilan?," beber Yudha.
"Menurut saya momennya tepat karena hari itu Kang Dedi juga sedang bebersih pasar," lanjutnya.
Akui Panik
Yudha meminta maaf karena maksud yang ingin disampaikannya ke Kang Dedi kurang maksimal dan malah menimbulkan banyak tafsir.
Dia mengakui saat itu cukup panik karena banyaknya orang yang seolah 'menghakimi' dirinya.
"Cuma ya maaf saya belum bisa menyampaikan esensi maksud saya. Saya cukup panik karena terlanjur banyak mata yang tertuju ke arah saya dan menuding saya," kata dia dalam postingannya.
Yudha menjelaskan, dalam perdebatannya dengan Kang Dedi yang kemudian viral di media sosial, dia sempat bersabar untuk mendapatkan kesempatan menjelaskan, namun tak tersampaikan.
"Saya tetap stay berharap ada ruang dimana maksud saya tersampaikan, tapi kesempatan itu ga ada. Sekali lagi saya mohon maaf untuk semuanya," kata Yudha.
Dia menegaskan apa yang dilakukannya murni merupakan perannya sebagai mahasiswa untuk memberikan kritik kepada pejabat publik.
"Ini proses dialektika saya sebagai mahasiswa, tidak ada kaitannya dengan almamater dan organisasi saya," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Yudha juga menyinggung para netizen yang banyak mengkritiknya perihal debatnya dengan Kang Dedi.
"Saya membaca komentar netizen semua. Saya berterima kasih untuk kritik dan sarannya semoga saya bisa jadi sosok yang lebih baik lagi," tuturnya.
Postingan permintaan maaf Yudha itu sampai Sabtu (20/11/2021) sudah dibagikan sebanyak 113 kali dan ada 3,7 ribu yang berkomentar.
Perdebatan Yudha vs Dedi Mulyadi
Saat sedang memungut sampah di Pasar Rebo Purwakarta, Dedi tiba-tiba didatangi seorang mahasiswa yang menanyakan kewenangan Dedi.
Debat panas pun berlangsung diantara keduanya, mulai dari depan pasar sampai ke ruangan untuk keduanya meneruskan pembahasan.
Kang Dedi mempertanyakan maksud mahasiswa itu yang mempermasalahkannya membersihkan sampah di pasar tersebut.
Mantan Bupati Purwakarta itu bersikeras bahwa apa yang dilakukannya itu adalah bentuk tanggungjawab sebagai warga Purwakarta untuk menjaga kebersihan.
"Kalau kita mencintai kebersihan harus ada dasar hukumnya?" kata Kang Dedi balik bertanya kepada yang memprotesnya itu seperti dilansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Kamis (18/11/2021).
"Artinya kan di sini ada yang punya kewenangan," ujar mahasiswa itu.
"Yang punya kewenangan mereka kok (menunjuk para pejabat di Pemkab Purwakarta yang ikut dalam kegiatannya), saya membantu," tegas Kang Dedi.
Mahasiswa itu kemudian tetap bersikukuh menanyakan kewenangan Kang Dedi bersih-bersih di pasar.
"Saya di sini sebagai warga menanyakan akang," ujar sang mahasiswa.
"Saya juga warga Purwakarta," ujar Kang Dedi dengan nada bicara mulai meninggi.
"Artinya di sini kan siapa yang bertanggungjawab," tutur mahasiswa.
"Saya gak mau tahu siapa yang bertanggungjawab. Ini kan kewajiban masyarakat," ujar Kang Dedi mulai kesal dengan sikap mahasiswa yang seolah melarangnya bersih-bersih.
"Akang di sini bukan pelaksana teknis terkait kebersihan," balas sang mahasiswa.
"Enggak ada masalah, ngurus sampah mah kewajiban," timpal Kang Dedi.
Kang Dedi pun kemudian meluapkan kekesalannya ke kamera.
"Saya kasih tahu ya netizen, saya lagi bersihkan ini, dia (mahasiswa) protes. Saya gak mau melayani orang yang berteori," ujar Kang Dedi yang sudah ogah menanggapi sang mahasiswa.
Namun, ucapan mahasiswa itu yang mengklaim dirinya mewakili masyarakat Purwakarta membuat Kang Dedi naik pitam.
Tak hanya Kang Dedi, para warga pasar juga menanyakan klaim mahasiswa itu.
Sebagian dari pedagang dan warga yang menonton perdebatan itu meminta Kang Dedi tak usah menanggapi sang mahasiswa.
"Saya ini mewakili masyarakat Purwakarta," ujar sang mahasiswa.
"Masyarakat mana, saya asli Purwakarta," ujar salah satu pedagang yang mencoba menengahi.
Namun sang mahasiswa yang tampak gelagapan dan tak bisa menjawab dengan tegas pertanyaan itu tetap berbicara dengan kalimat yang diawali kata artinya dan terkesan dilpomatis.
Baca juga: Anggota DPR Dedi Mulyadi Nyaris Ditabrak Mobil PLN
"Masyarakat mana yang anda wakilin. Mana bukti legalitas anda mewakilin," cecar Kang Dedi.
Sedangkan sang mahasiswa hanya menjabat "Artinya begini, artinya begini, artinya begini," jawab mahasiswa itu yang tak menjawab pertanyaan Kang Dedi.
Kang Dedi yang mulai menurunkan nada bicaranya itu kemudian menyimpulkan maksud kedatangan mahasiswa itu.
"Anda protes terhadap gerakan kebersihan yang saya lakukan," kata Kang Dedi.
"Tidak diprotes, tapi kewenangan dan kompetensinya," ujar sang mahasiswa dengan jawaban yang itu lagi.
"Membersihkan sampah gak perlu kompetensi. Tangan anda gak pernah kotor, tangan saya suka kotor," ujar Kang Dedi.
"Saya juga suka bebersih pak," debat mahasiswa itu.
Mahasiswa itu mengaku berkuliah di STAI Muttaqien dan mewakili lembaga kajian bantuan hukum.
Kang Dedi kemudian meminta mahasiswa itu tak hanya pintar berteori dan omong besar.
Pasalnya, kata Kang Dedi, kalau dia memang cinta kebersihan, maka tak seharusnya wilayah tempat tinggal sang mahasiswa itu dibiarkan kotor.
"Kenapa Anda mahasiswa ga ada kepekaan tiap hari warga buang sampah ke situ dan anda membiarkan. Jangan-jangan Anda ikut buang," lanjut Kang Dedi.
"Mana ada saya buang, saya tiap hari di sini (di sekred mahasiswa)," jawab mahasiswa itu dengan nada tak suka.
Kang Dedi yang kembali geram dengan jawaban sang mahasiswa yang berputar-putar langsung memotong ucapan mahasiswa yang kembali mengatakan artinya.
"Jangan banyak artinya. Rumah Anda di mana?," tanya Kang Dedi.
"Rumah saya di Gang Sekolah tapi tinggal di sini," jawab mahasiswa itu dengan nada sedikit gelagapan.
Disebut Ngomong Ketinggian
Kang Dedi kemudian menanyakan apakah mahasiswa itu tak malu bila di lingkungannya itu banyak sampah.
"Harusnya malu Anda sebagai warga Plered.
Mungut sampah di Plered dilakukan oleh saya," tegas Kang Dedi.
"Ya ga malu pak," jawab sang mahasiswa sekenanya.
"Anda gak punya malu. Anda jangan ketinggian ngomong. orang yang berpikir seperti Anda membuat negara ga akan maju. Pinternya berteori, ngomongnya tinggi," beber Kang Dedi.
Sementara itu, sang mahasiswa yang seolah tak berkutik saat didebat Kang Dedi justru menunjukan ekspresi yang kurang sopan dari nada bicaranya.
Mahasiswa itu kembali menanyakan peran dan fungsi Dedi Mulyadi membersihkan sampah di Pasar Rebo Purwakarta.
"Saya sebagai warga Purwakarta bareng bersama ikatan pasar membersihkan sampah. Salahnya apa? Justru Anda harus malu, orang setingkat saya Dedi Mulyadi, wakil Ketua Komisi IV mau mungut sampah, mau bersihkan lingkungan. Orang yang baru mahasiswa kaya anda lagunya udah kaya menteri," ujar Kang Dedi meluapkan emosinya.
Ketika sudah diskak soal keberadaan Kang Dedi bersihkan sampah, mahasiswa itu justru lompat ke masalah lain.
"Jadi begini kang, kita ini kan bukan persoalan terkait tentang sampah. Artinya disini ada perelokasian pedagang kaki lima yang memang tidak sesuai aturan kan pak," kata mahasiswa.
"Sebentar dulu jangan lompat-lompat," sela Kang Dedi.
"Artinya kita ga bahas sampah disini," kata sang mahasasiswa.
"Loh Anda bahas sampah daritadi," kata Kang Dedi.
Lantaran tak ada titik temu, Kang Dedi mengajak mahasiswa itu untuk bersih-bersih ketimbang hanya sekadar berteori.
"Jangan kebanyakan artinya, saya juga pernah kuliah, saya juga pernah demo," kata Kang Dedi.
"Mahasiswa itu pinter tapi gak bisa nempatin diri," kritik Kang Dedi kepada mahasiswa itu.
Namun mahasiswa itu menolak ajakan bersih-bersih dengan alasan mau ada diskusi.
"Diajak bersih-bersih gak mau, ada agenda lagi," tutur Kang Dedi.
Sang mahasiswa berkilah siap mengerahkan teman-temannya untuk ikut bersih-bersih di lain waktu.
"Artinya kan kita punya kesibukan, jangan sepihak dong," jawab mahasiswa itu.
Sebagian artikel tayang di Tribun Jakarta: Terkesan Arogan Saat Debat Dedi Mulyadi, Yudha Akui Panik: Banyak Mata Menuding Tertuju Ke Arah Saya