News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Erupsi Gunung Semeru

Erupsi Semeru Tak Terdeteksi, Tanpa Early Warning System, Gejala Alam Sudah Beri Tanda Akan Meletus

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Erupsi Semeru Tak Terdeteksi, Tanpa Early Warning System, Gejala Alam Sudah Beri Tanda Akan Meletus

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Gejala alam selalu memberi tanda jika gunung berapi akan meletus.

Disampaikan Ahli Kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta Eko Teguh Slamet, tanda yang diberikan alam salah satunya adalah hujan dengan intensitas tinggi atau hujan di hari yang sama.

Seperti diberitakan sebelumnya, Eko menjelaskan bahwa fenomena gunung Semeru meletus kemarin merupakan erupsi sekunder. Dia berkata, erupsi sekunder selalu terjadi di musim penghujan.

Dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu (5/12/2021) yang dikutip Kompas.com di artikel berjudul
Ahli Kebencanaan: Sebenarnya Alam Memberi Tanda Semeru Akan Meletus",

Baca juga: Program Early Warning Digagas Pemkot Padang Usai Maraknya Kasus Pencabulan Anak

Baca juga: Arie Untung Doakan Korban Erupsi Gunung Semeru Diberi Ketabahan

Eko mengatakan bahwa setiap gunung api memiliki kecenderungan yang berbeda ketika erupsi atau meletus.

"Kalau (Gunung) merapi (erupsi) berupa guguran kubah, kalau di semeru gugurannya kubah dan produk erupsi," ungkap Eko dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu (5/12/2021) pagi.

Dusun Kamar A, Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Lumajang merupakan kawasan yang paling terdampak saat Gunung Semeru kembali erupsi, pada Sabtu (4/12/2021). (Surya)

Seperti diketahui, Desember 2020 Gunung Semeru pernah erupsi dan di tahun ini Semeru meletus lagi.

Dia menjelaskan, dari erupsi yang pertama, material-material erupsi dapat berkumpul di puncak gunung karena hujan dan menyebabkan erupsi sekunder.

"Nah, gejala-gejala ini yang perlu dicermati kalau ada akumulasi kubah selama proses satu dua tahun sebelumnya dalam jumlah yang besar dan belakangan jumlahnya meningkat karena hujan deras, maka potensi erupsi bisa terjadi," jelas Eko.

"Seperti halnya yang terjadi pada Desember tahun lalu dan sekarang terjadi lagi, tapi dengan jumlah volume yang berbeda."

Dijelaskan Eko, tanda-tanda yang bisa dilihat adalah proses magmatisme, yakni perubahan di medan magma yang menginformasikan status gunung api ada di level normal, waspada, atau siaga.

Dampak erupsI Gunung Semeru, Jembatan Piket Nol, di Lumajang, Jawa Timur putus. (TRIBUNJATIM.COM/TONY Hermawan)

"Sementara jika proses erupsi sekunder, gejalanya di guguran atau deformasinya," terang Eko.

Eko mengaku tidak tahu persis bagaimana gejala yang ditunjukkan guguran atau deformasi Gunung Semeru.

Namun dia berkata, meski tidak terlihat, sebenarnya alam sudah memberikan tanda-tanda.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini