News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Erupsi Gunung Semeru

Erupsi Semeru Tak Terdeteksi, Tanpa Early Warning System, Gejala Alam Sudah Beri Tanda Akan Meletus

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Erupsi Semeru Tak Terdeteksi, Tanpa Early Warning System, Gejala Alam Sudah Beri Tanda Akan Meletus

"Seperti kalau gunung api sudah memiliki banyak material dan hujan intensif, maka itu sudah jadi warning dari alam sebenarnya," imbuh dia.

"Karena sebenarnya enggak ada erupsi saat musim kemarau untuk erupsi sekunder."

Dikatakan Eko, erupsi sekunder bisa disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi pada hari-hari sebelumnya atau di hari saat meletus.

Tanpa Early Warning System

Sementara itu kondisi di Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Lumajang merupakan kawasan yang paling terdampak saat Gunung Semeru kembali erupsi, pada Sabtu (4/12/2021).

Setidaknya, sampai sekarang korban yang terdata mengalami luka bakar mencapai 38 orang. Bahkan ada seorang janda, Mak Um (50) tewas akibat terkena Awan Panas Guguran (APG) Semeru.

Rupanya, banyaknya korban berjatuhan karena kesiapan pemerintah mengantisipasi bencana alam masih sangat kurang.
Keberadaan Early Warning System (EWS) selama ini tidak ada di Desa Curah Kobokan.

Sejumlah warga di Kabupaten Lumajang terpaksa mengungsi untuk menyelamatkan diri akibat aktivitas erupsi Gunung Semeru, Sabtu (4/11/2021) (Dok.Istimewa)

Padahal alat itu penting untuk mendeteksi peringatan dini bencana.

"Alarm (EWS) gak ada, hanya sismometer di daerah Dusun Kamar A. Itu untuk memantau pergerakan air dari atas agar bisa disampaikan ke penambang di bawah," kata Joko Sambang, Kepala Bidang kedaruratan dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang.

Disebutkan Joko, sebelum bencana itu menghantam alat seismoter itu membaca getaran kenaikan debit air mencapai 24 amak.

Sementara aktivitas vulkanik Gunung Semeru secara visual tidak terlihat. Sebab, ketika itu Gunung Semeru tertutup kabut tebal.

"Info detail yang saya dapat sebelum kejadian, Gunung Semeru tertutup kabut. Tapi dari kamera CCTV pos pantau (Gunung Sawur) terlihat kepulan namun tidak terekam getaran," ujarnya.

Minimnya, peringatan serta edukasi soal bahaya lava panas juga diduga menjadi penyebab korban selamatkan diri.

Ternyata saat APG mulai turun ke lereng gunung sebagaian warga malah menyaksikan fenomena itu di lokasi pertambangan.

"Waktu APG turun banyak yang lihat di sungai, mungkin mereka tidak membayangkan sebesar itu. Memang biasanya waktu banjir orang-orang lihat terus divideo," pungkasnya.

(Surya/Kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini