News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Infanteri 15 Desember, Ini Sejarah Hari Infanteri yang Berawal dari Pertempuran Ambarawa

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Bachtiar, S.IP, M.AP minum air kelapa sebagai tradisi dalam pelaksanaan upacara Hari Infanteri ke 65 tahun 2013/dokumentasi

TRIBUNNEWS.COM - Peringatan Hari Infanteri jatuh pada besok, Rabu (15/12/2021).

Hari Infanteri diperingati untuk mengenang Pertempuran Ambarawa yang disebut juga sebagai Hari Juang Kartika TNI Angkatan Darat.

Pertempuran Ambarawa merupakan pertempuran yang dipimpin Jenderal Sudirman melawan pasukan sekutu.

Dikutip dari kemdikbud.go.id, pertempuran Ambarawa terjadi karena pihak serikat yang tidak mampu untuk menghargai kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Kunjungi Batalyon Infanteri 400 Banteng Raiders, KSAD Minta Komandan Satuan Berinovasi

Baca juga: Sejarah Hari Infanteri 15 Desember, Berawal dari Pertempuran Ambarawa

Sejarah Hari Infanteri

Pada 20 Oktober 1945, tentara sekutu yang harusnya mengurus tawanan perang di penjara Ambarawa dan Magelang justru memboncengi NICA yang mempersenjatai tawanan tersebut.

Hal itu menyulut kebencian serta perasaan tidak senang pribumi sehingga pecah insiden antara TKR dan tentara sekutu pada 26 Oktober 1945.

Demi mengatasi bentrokan yang terjadi pihak Inggris menuju Magelang dan Ambarawa untuk membebaskan 10.000 tawanan Indo-Eropa dan Eropa dari wilayah pedalaman Jawa yang sedang bergejolak akibat perlawanan dari pihak Republik.

Menengahi kejadian itu Soekarno dan Brigjen Bethel melakukan perundingan gencatan senjata pada 2 November 1945.

Diperoleh kata sepakat antar kedua belah pihak bahwa sekutu tetap bertanggungjawab atas tugasnya, kemudian sekutu tidak mengakui aktivitas NICA.

Pada kenyataannya sekutu mengabaikan bunyi perjanjian yang telah disetujui bersama sehingga meletuslah pertempuran 20 November 1945 yang kemudian menjalar ke dalam kota pada 22 November 1945.

Bala tentara sekutu melakukan pemboman ke pedalaman Ambarawa untuk mengancam kedudukan TKR.

Dengan tidak gentar pihak republik melakukan pembalasan untuk mempertahankan wilayah dari sekutu.

Sejak itu medan Ambarawa terbagi 4 sektor, yaitu sektor utara, sektor Selatan, sektor Timur dan sektor Barat.

Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Bachtiar, S.IP, M.AP minum air kelapa sebagai tradisi dalam pelaksanaan upacara Hari Infanteri ke 65 tahun 2013/dokumentasi (TRIBUN TIMUR / DOK)

Semangat perlawanan rakyat Ambarawa yang bersatu dengan TKR membuat sekutu kesulitan menaklukkan wilayah tersebut.

Saat itu, pasukan TKR yang terlibat menghadapi sekutu berjumlah 19 batalyon.

Pada 26 November terjadi pertempuran yang menewaskan Kolonel Isdiman yang digantikan oleh Kolonel Soedirman.

Sekutu melancarkan aksinya mengancam Ambarawa karena daerah tersebut sangat strategis untuk mencapai Surakarta, Magelang dan Yogyakarta (yang saat itu jadi tempat kedudukan Markas tertinggi TKR).

Tewasnya Kolonel Isdiman mendorong rakyat dan TKR gencar melakukan serangan balik.

Pada akhir bulan November pertempuran telah berkobar lagi dan pihak Inggris dibuat mundur ke daerah pesisir.

Baca juga: Sejarah Hari Juang Kartika TNI AD 15 Desember: Pertempuran Ambarawa yang Dipimpin Jenderal Soedirman

Baca juga: Hari Juang Kartika TNI-AD 15 Desember: Berikut Sejarah dan Kumpulan Link Twibbon

Selanjutnya, pada 11 November 1945, Kolonel Soedirman mengumpulkan para komandan sektor dan menginstruksikan pukulan terakhir bagi sekutu.

Pada 5 Desember 1945 pasukan sekutu berhasil diusir dari desa Banyubiru yang saat itu merupakan garis pertahanan terdepan.

Kemudian tepat 12 Desember 1945 pasukan berhasil menyerang sekutu di dalam kota. Kekuatan sekutu yang berada di Benteng Willem berhasil dikepung TKR 4 hari 4 malam.

Hal itu menyebabkan kedudukan sekutu terjepit dan mundur dari Ambarawa tepat 15 Desember 1945.

Riwayat pertempuran hebat pasukan TKR yang solid bersama rakyat mengukuhkan peristiwa tersebut dalam pasukan tempur darat utama di TNI Angkatan Darat.

Resistensi pasukan tersebut diabadikan ke dalam salah satu bagian pagar bangsa di Indonesia.

Melalui TNI, maka setiap 15 Desember selalu diperingati sebagai Hari Juang Kartika atau Hari Infanteri yang menggambarkan kekuatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(Tribunnews.com/Latifah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini