Menariknya, meski mayoritas responden puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi-Maruf sebesar 72,5%, namun mayoritas responden 65,4% tidak setuju jika masa jabatan Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin diperpanjang.
Dari hasil survei ini, Tri Andika yang juga sebagai Dosen Ilmu Politik Universitas Bakrie menyampaikan bahwa keberhasilan kinerja Jokowi-Maruf tidak serta merta menjadi pembenaran bagi responden untuk kemudian setuju memperpanjang masa jabatan presiden dan wapres.
Pembatasan masa jabatan presiden maksimal dua periode, tetap menjadi elemen penting dalam bayangan masyarakat agar demokrasi kita kuat.
Hasil survei kali ini juga memotret lima besar nama bakal calon presiden dengan elektabilitas tertinggi, yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno.
Dalam simulasi 12 nama tertutup, Prabowo Subianto memperoleh dukungan paling tinggi sebesar 25,5% diikuti oleh Ganjar Pranowo 19,1%, dan Anies Baswedan 18,3 %.
Menariknya, elektabilitas Ridwan Kamil sebesar 12,7% melebihi Sandiaga Uno 9,6%.
"Elektabilitas Prabowo Subianto masih yang teratas. Hal ini tidak lepas dari posisi Prabowo sebagai menhan dan capres 2014, 2019. Namun demikian, posisi Prabowo belum aman dan masih rawan tersalip oleh Ganjar dan Anies Baswedan," tuturnya.
Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan bersaing ketat.
Keduanya sama-sama besar dukungannya dari kelompok milenial (22-40 tahun).
Dikatakannya, Anies dan Ganjar akan berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan panggung kepala daerah untuk meningkatkan elektabilitasnya.
Terlebih lagi, keduanya belum mendapatkan tiket partai.
Jadi, jika kinerja elektabilitas keduanya turun, maka tidak akan ada partai yang mau meliirik dan memberikan tiket.
"Jika tiket partai didapatkan, Ganjar dan Anies akan jadi “petarung” kuat di Pilpres 2024," katanya.
Adapun untuk posisi partai politik, PDIP masih berada di urutan pertama sebesar 27,4%, diikuti Gerindra 19,9%, Demokrat 18,3%, Golkar 10%, dan PKS 6,8%. Dari hasil ini, menariknya Demokrat mulai masuk menjadi partai tiga besar, menggeser Golkar.
Tri Andika melihat hal ini sangat dipengaruhi oleh keberhasilan Demokrat yang justru mampu memanfaatkan balik serangan politik Moeldoko, untuk semakin gencar melakukan sosialisasi politik ke masyarakat.