Apalagi semenjak dahulu, ketatnya akses keluar masuk RSDC Wisma Atlet sudah terasa seperti lockdown.
"Kalau pasien nggak terlalu terpengaruh ya saya lihat. Semua biasa saja. Tapi cuma keluar masuknya aja yang diperketat. Dari dulu kan lockdown juga, cuma namanya nggak lockdown," kata Dani.
Menurutnya tak adanya kepanikan jangan diartikan bahwa pihaknya santai lantaran varian Omicron hanya menimbulkan gejala ringan.
Dani menegaskan para nakes tetap waspada namun berpegang teguh tak akan terjadi apa-apa asalkan protokol kesehatan tetap terjaga.
"Kalau dibilang pas zaman varian Delta itu kalau dibilang lebih panik ya lebih panik," ucapnya.
Untuk hari ini, Dani mengatakan pihaknya tengah mematangkan standar operasional prosedur (SOP) hingga mekanisme seperti apa lockdown yang akan dilakukan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran.
Berdasarkan rapat, tower 4 dan 7 akan diisi terlebih dahulu bagi para pasien. Sementara nakes tetap akan berada di tower 2 dan 3.
"Pokoknya hari ini beresin SOP lockdown. Ya kalau dibilang lockdown, dari dulu juga sebenarnya sudah lockdown. Tapi sekarang lebih ketat. Zaman dulu kan sudah ada zonasi, dari dulu masih jalan sampai sekarang. Zonasi 4-7 itu merah semua, 2-3 itu kuning, kalau 1 dan pepohonan itu hijau semua," jelasnya.
Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay menilai kebijakan lockdown sementara RSDC Wisma Atlet sudah tepat.
Diharapkan lockdown tersebut dapat mengantisipasi meluasnya penularan varian Omicron. Hanya saja, Saleh meminta kebutuhan logistik tetap harus terpenuhi selama 7 hari kedepan tersebut.
Baca juga: Total 180 Pasien Covid-19 Dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran per 29 November 2021
"Namun tentu harus dipastikan kebutuhan logistik mereka yang ada di wisma dapat terpenuhi. Makan, minum, perlengkapan harian, dan lain-lain harus mencukupi. Dengan begitu, mereka bisa melalui hari-hari karantina di sana dengan baik," kata Saleh.
Selain itu, Ketua Fraksi PAN DPR RI itu mengatakan lockdown kali ini harus dilengkapi dengan testing dan tracing yang lebih luas.
Sebab selama satu minggu terakhir, ada banyak orang yang berinteraksi dengan orang yang dikarantina atau petugas yang bekerja di sana.
Artinya, mereka yang sempat berinteraksi dan kontak erat bisa saja telah terinfeksi. Orang-orang inilah yang perlu ditelusuri.
"Kalau pendataannya bagus, saya kira tidak sulit untuk menemukan orang-orang tersebut. Apalagi kalau penghuni dan pekerja di wisma bisa memberikan informasi. Testing dan tracing ini diperlukan untuk memastikan bahwa varian Omicron ini tidak menyebar di luar wisma," ujarnya. (Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)