Pasalnya, baliho Ketua DPR RI tersebut terpasang di sepanjang jalan Kecamatan Pasirian dan Kecamatan Candipuro.
Baliho tersebut tampak menunjukkan foto Puan menggunakan kerudung berwarna merah, dengan latar belakang gambar para pengungsi Gunung Semeru.
Serta dibubuhi dengan seruan "Tangismu, tangisku, ceriamu, ceriaku. Saatnya bangkit menatap masa depan', dinilai tidak etis oleh warga.
Seorang relawan bencana erupsi Gunung Semeru, Qomaruddin menyebut, seharusnya baliho itu tidak menonjolkan Puan Maharani secara personal.
Baca juga: Pro Kontra Baliho Puan Maharani Muncul di Sepanjang Jalan Pengungsian Bencana Semeru
Baca juga: Soal Baliho Puan di Lokasi Bencana Semeru, Ketua Fraksi PDIP: Itu Spontanitas Kader
Melainkan menunjukkan bentuk kepedulian pada korban bencana awan panas Gunung Semeru.
“Misal kayak baliho milik NU dan lembaga zakat, hanya pasang bendera yang menunjukkan jalan atau arah ke posko pengungsian,” kata Qomaruddin dikutip dari Kompas.com, Kamis (23/12/2021).
Menurut pengakuan Qomaruddin, ia tidak mengetahui secara pasti kapan baliho itu dipasang.
"Saya sendiri tidak tau kapan baliho itu dipasang, tiba-tiba pagi ada,” sambung Qomaruddin.
PDIP Anggap Pemasangan Baliho Spontanitas
Ketua Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Utut Adianto angkat bicara soal baliho Puan Maharani yang bertebaran di sepanjang lokasi pengungsian bencana Gunung Semeru.
Utut menyebut, pemasangan baliho tersebut dilakukan secara spontanitas karena Puan Maharani hadir meninjau lokasi pengungsian.
"Kalau itu kan mungkin ada spontanitas dari teman-teman Ibu Puan hadir."
"Itu entah kader orang yang dekat atau relawan," kata Utut dikutip Tribunnews.com, Rabu (22/12/2021).
Baca juga: Baliho Puan Maharani di Lokasi Bencana Semeru, Pengamat Sebut Tak Etis
Wasekjen DPP PDIP itu menilai, keberadaan baliho Puan harus dilihat maksud dan tujuannya.